
Sejarah Singkat
Sapi  adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga  kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%)  kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit.  Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.
Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.
Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.
Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.
Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.
Sentra Peternakan
Sentra  peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris,  Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia,  Afrika dan Asia (India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya,  terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan  persentase lemak susu sekitar 3-7%. 
Namun  demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi hingga  mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul, diberi  pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan  menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat ini produksi susu  di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim  sedang. Produksi  susu sapi di PSPB masih kurang dari 10 liter/hari dan jauh dari standar  normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari). 
Jenis
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu :
- kelompok yang      berasal dari sapi Zebu      (Bos indicus)      atau jenis sapi yang berpunuk, 
yang berasal dan tersebar di daerah tropis - kelompok dari Bos primigenius, yang      tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal 
dengan Bos Taurus. 

Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia).
Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.
Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.
Manfaat
Peternakan  sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein, susu, kulit yang  dimanfaatkan untuk industri dan pupuk kandang sebagai salah satu sumber  organik lahan pertanian. 
Persyaratan Lokasi 
Lokasi  yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup  jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan.  Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter  dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat  dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok  di tengah sawah atau ladang.
Pedoman Teknis Budidaya
Penyiapan Sarana dan Peralatan

Kandang  dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah  sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan  pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda  penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau  saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya  dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Pembibitan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah: 
- produksi susu tinggi,
 - umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
 - berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai eturunan produksi susu tinggi,
 - bentuk tubuhnya seperti baji,
 - matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
 - ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
 - tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular,
 - tiap tahun beranak.
 
Sementara calon induk yang baik antara lain: 
- berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
 - kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
 - jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
 - pertumbuhan ambing dan puting baik,
 - jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris,
 - sehat dan tidak cacat.
 
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 
- umur sekitar 4- 5 tahun,
 - memiliki kesuburan tinggi,
 - daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
 - berasal dari induk dan pejantan yang baik,
 - besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
 - kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
 - muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
 - paha rata dan cukup terpisah,
 - dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
 - badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar,
 - sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
 
1) Pemilihan bibit dan calon induk
Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan.
Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.
Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan.
Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.
2) Perawatan bibit dan calon induk
Seluruh  sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum  bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang  disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali  berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan  temperamennya.
3) Sistim Pemuliabiakan
Seringkali  sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi  risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu  dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi  kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.
Pemeliharaan
Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada  pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak  mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif  pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan  hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan)  memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya  11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati  karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2  bulan.
Perawatan Ternak
Ternak  dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari  setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus  dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan  khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan,  sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya  terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam  tersebut harus dibongkar).
Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
a) sistem penggembalaan (pasture fattening)
b) kereman (dry lot fattening)
c) kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan  yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa  jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput  benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah  pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi  dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan  tambahan sebanyak 1-2% dari BB.
Sapi  yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25%  hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar  sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber  karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan  bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur,  kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi  hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari.
Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan
Di  awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi  dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan  pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat  kakinya. 
Pemeliharaan Kandang
Kotoran  ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu)  dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang  sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara  didalamnya berjalan lancar.
Air  minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum  sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat  pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak  diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum  sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi  daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan  sapi.
Hama dan Penyakit
Hama dan Penyakit
Penyakit
1. Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
 
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
 
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
 
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
 
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
 
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
 
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
Pencegahan Serangan
 
Upaya  pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan  merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yang  diulangi seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang  bersih dan kering.
Panen
Hasil Utama
 
Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh induk betina.
Hasil Tambahan
 
Selain  susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan kulit yang  berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang  dihasilkan dari kotoran ternak.
Analisis Ekonomi Budidaya Sapi Perah
Analisis Usaha Budidaya
 
Usaha  ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak  kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya  tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya  modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek  reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan  sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain  itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan  sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya.
Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia. Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini.
Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5- 4% dari bahan kering.
Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia. Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini.
Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5- 4% dari bahan kering.
Gambaran Peluang Agribisnis
Usaha  peternakan sapi perah keluarga memberikan keuntungan jika jumlah sapi  yang dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun tingkat efisiensinya  dapat dicapai dengan minimal pengusahaannya sebanyak 2 ekor dengan  ratarata produksi susu sebanyak 15 lt/hari. Upaya untuk meningkatkan  pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi perah tersebut dapat juga  dilakukan dengan melakukan diversifikasi usaha. Selain itu melakukan  upaya kooperatif dan integratif (horizontal dan vertikal) dengan petani  lainnya dan instansiinstansi lain yang berkompeten, serta tetap  memantapkan pola PIR diatas.
*Sumebr :http://smart-pustaka.blogspot.com/search/label/Peternakan*    
No comments:
Post a Comment