Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun.
Tanaman kunyit, diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun.
Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Srilangka, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa Tengah), Haiti, Jamaika, dan Filipina.
Klasifikasi
- Divisio : Spermatophyta.Sub-diviso : Angiospermae
 - Kelas : Monocotyledoneae
 - Ordo : Zingiberales
 - Famili : Zungiberaceae
 - Genus : Curcuma
 - Species : Curcuma domestica Val.
 
Kunyit (Curcuma domestica Val.; turmeric) termasuk tumbuhan berbatang semu, tegak, bulat basah yang dibentuk dari pelepah daun membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-150 cm, berbunga majemuk, berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, berwarna putih sampai kuning muda, panjang10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm.  Berdaun tunggal, berbentuk bulat telur (lanset), lebar, ujung dan  pangkalnya runcing, tangkainya panjang, tepi daunnya rata, bertulang  menyirip, panjangnya 10 - 40 cm, lebar 8 - 12,5 cm, dengan warna hijau  pucat. 
Tanaman menghasilkan rimpang berwarna kuning jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.  Rimpang terdiri dari rimpang induk dan anak rimpang, rimpang induk  berbentuk bulat telur, disebut empu atau kunir lelaki. Anak rimpang  letaknya lateral dan bentuknya seperti jari, panjang rimpang 2 - 10 cm,  diameter 1 - 2 cm. 
Selain  jenis dan varietas yang jelas, bahan tanaman berasal dari rimpang yang  sehat dari tanaman yang sehat berumur 11 - 12 bulan, untuk benih daunnya  harus sudah mengering (masuk periode senescens).  Hasil seleksi dan uji daya adaptasi diberbagai lingkungan tumbuh telah  diperoleh 10 nomor harapan kunyit dengan potensi produksi masingmasing  Cudo 21 (18 - 25 ton/ha), Cudo 38 (18 - 25 ton/ha) dan kadar kurkumin  Cudo 21 (8,70 %), Cudo 38 (11 %) dan siap dilepas sebagai varietas  unggul.
Jenis Tanaman
Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C. longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling terkenal dari jenis kunyit lainnya.
Manfaat Tanaman
Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu, kosmetik, bumbu masak, campuran makanan ternak, zat pewarna alami, atau campuran obat tradisionil, karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, antikoagulan, memperbaiki fungsi liver, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah.
Dalam pengobatan tradisional kunyit  digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, penambah darah, rematik,  gatal-gatal akibat gigitan serangga, obat cacing, obat asma, demam  kuning, diare, meningkatkan nafsu makan,mengobati sakit perut, sembelit,  dan menyegarkan badan.
Cara penggunakan untuk penyakit diatas  ialah dengan cara menumbuk kunyit hingga halus, dicampur dengan air dan  saring ampasnya dan diminum sekali sehari setelah makan. Kunyit juga  banyak digunakan sebagai bahan dalam kosmetik. Menurut pengobatan Cina,  kunyit dapat meningkatkan pengaliran qi dan melancarkan perjalanan  darah. 
Kunyit juga dijadikan pada perawatan setelah bersalin, dengan memakan rizom kunyit bersama nasi, selama 40 hari pasca melahirkan, untuk mengembalikan kesegaran badan dan menyembuhkan luka dalam.
Kunyit dan pegaga yang dimakan seminggu  sebelum haid, dikatakan dapat menghilangkan masalah keputihan dan vagina  yang terlalu berair dan dapat meningkatkan keintiman hubungan suami  isteri. Kunyit juga dikatakan dapat menjadikan penggemarnya awet muda. 
Kandungan
Kandungan  utama di dalam rimpangnya terdiri dari minyak atsiri, kurkumin, resin,  d.kamper, sikloiserin, oleoresin, mirsen, metil farbinol,  desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin, damar, gom, lemak,  protein, kalsium, fosfor dan besi. Zat warna kuning (kurkumin)  dimanfaatkan sebagai pewarna untuk makanan manusia dan ternak. Kandungan  kimia minyak atsiri kunyit terdiri dari ar-tumeron, α dan β-tumeron,  tumerol, α-atlanton, β-kariofilen, linalol, dan 1,8 sineol. 
Teknologi budidaya yang mengikuti anjuran,  dengan mengacu kepada penerapan SPO yang tepat, produksi rimpang kunyit  segar mencapai 11 ton/ha, dengan kadar kurkumin 8 –11%.
Syarat Pertumbuhan
Iklim. 
-          Tanaman  kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya  penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik jika hidup di  tempat-tempat yang terbuka atau sedikit naungan. 
-          Pertumbuhan  terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000  mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka  sistem pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini  dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah  pada awal musim hujan.
-          Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30°C.
Media Tanam 
-          Kunyit  tumbuh subur pada tanah yang gembur, pada tanah yang dicangkul dengan  baik, sehingga akan menghasilkan umbi yang berlimpah.
-          Jenis  tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan organik tinggi,  tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa.
Ketinggian Tempat 
-          Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m dpl.
Pedoman Budidaya
A. Pembibitan
Persyaratan Bibit : 
Bahan tanaman harus tepat dan jelas nama jenis, varietas dan asal usulnya. Bibit  kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih mudah  tumbuh. Syarat bibit yang baik adalah jika berasal dari tanaman yang  tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar  dari serangan penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang yang telah  berumur > 7-12 bulan; bentuk, ukuran, dan warna seragam; memiliki  kadar air cukup; benih telah mengalami masa istirahat (dormansi) cukup;  terhindar dari bahan asing (biji tanaman lain, kulit, kerikil).
Penyiapan Bibit : 
Rimpang bahan bibit dipotong agar diperoleh  ukuran dan berat yang seragam serta untuk memperkirakan banyaknya mata  tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dengan abu dapur/sekam atau  merendam rimpang yang dipotong dengan larutan fungisida (benlate dan  agrymicin) guna menghindari tumbuhnya jamur. Satu rimpang induk,  dipotong menjadi empat bagian secara membujur. Tiap potongan rimpang maksimum memiliki 1-3 mata tunas, dengan berat antara 15 - 30 gram dan panjang 3-7 cm.
Teknik Penyemaian Bibit :
Pertumbuhan tunas rimpang  kunyit dapat dirangsang dengan cara mengangin-anginkan rimpang di tempat  teduh atau lembab selama 1-1,5 bulan, dengan penyiraman 2 kali sehari  (pagi dan sore hari). Bibit tumbuh baik bila disimpan dalam suhu kamar  (25-28°C). Selain itu menempatkan rimpang diantara jerami pada suhu  udara sekitar 25-28°C. dan merendam bibit pada larutan ZPT (zat pengatur  tumbuh) selama 3 jam. ZPT yang sering digunakan adalah larutan atonik  (1 cc/1,5 liter air) dan larutan G-3 (500-700 ppm). 
Rimpang yang akan direndam  larutan ZPT harus dikeringkan dahulu selama 42 jam pada suhu udara 35°C.  Jumlah anakan atau berat rimpang dapat ditingkatkan dengan jalan  direndam pada larutan pakloburazol sebanyak 250 ppm.
Pemindahan Bibit : 
Bibit yang telah siap lalu  ditempatkan pada persemaian, dimana pada rimpang akan muncul tunas, bila  tanaman telah berumur 1-1,5 bulan. Setelah tunas tumbuh 2-3 cm, maka  rimpang sudah dapat ditanam di lahan. Pemindahan bibit yang telah  bertunas harus dilakukan secara hati-hati, agar tunas yang telah tumbuh  tidak rusak. 
Bila ada tunas/akar bibit  yang saling terkait maka akar tersebut dipisahkan dengan hati-hati lalu  letakkan bibit dalam wadah tertentu untuk memudahkan pengangkutan bibit  ke lokasi lahan. Jika jarak antara tempat pembibitan dengan lahan jauh,  maka bibit perlu dilindungi agar tetap lembab dan segar ketika tiba di  lokasi. Selama pengangkutan, bibit yang telah bertunas jangan ditumpuk. 
B. Media Tanam
Pengolahan Media Tanam
Persiapan Lahan : 
Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun kunyit sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam. Kunyit tumbuh baik pada tanah Latosol, Aluvial, dan Regosol, ketinggian tempat 240 - 1.200 m di atas permukaan laut, curah hujan 2.000–4.000 ml/ tahun, di bawah tegakan tanaman keras seperti sengon dan jati yang masih muda (umur 3–4 tahun) dengan tingkat naungan tidak lebih dari 30%.
Pembukaan Lahan : 
Lahan yang akan ditanami  dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara manual atau menggunakan alat  mekanik guna menggemburkan lapisan top soil dan sub soil, sekaligus  mengembalikan kesuburan tanah. Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm,  dengan ukuran 30 x 30 cm, kemudian diistirahatkan selama 1-2 minggu agar  gas-gas beracun yang ada dalam tanah menguap dan bibit penyakit/hama  yang ada mati karena terkena sinar matahari. 
Jarak tanam sistem monokultur adalah: 50 cm  x 40 cm, 50 cm x 50 cm, 40 cm x 40 cm atau 50 cm x 60 cm, pola tumpang  sari dengan tanaman sisipan kacang tanah atau cabai rawit yang ditanam  bersamaan.
Pembentukan Bedengan : 
Lahan kemudian dibedeng dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45 cm dengan jarak antar bedengan 30-50 cm. 
Pemupukan (sebelum tanam) : 
Untuk mempertahankan  kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah, drainase, dan  aerasi yang lancar, dilakukan dengan.menaburkan pupuk dasar (pupuk  kandang) ke dalam lahan/dalam lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam membutuhkan pupuk kandang 2,5-3 kg atau 10–20 t/ha.
C. Penanaman
Teknik Penanaman : 
Kebutuhan bibit kunyit/hektar lahan adalah 0,50-0,65 ton. Maka diharapkan akan diperoleh produksi rimpang sebesar 20-30 ton/ha. 
Penentuan Pola Tanaman : 
Bibit kunyit yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran 5-10 cm dengan arah mata tunas menghadap ke atas. Tanaman  kunyit ditanam dengan dua pola, yaitu penanaman di awal musim hujan  dengan pemanenan di awal musim kemarau (7-8 bulan) atau penanaman di  awal musim hujan dan pemanenan dilakukan dengan dua kali musim kemarau  (12-18 bulan). Kedua pola tersebut dilakukan pada masa tanam yang sama,  yaitu pada awal musim penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa  panennya.
Pembuatan Lubang Tanam : 
Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.
Cara Penanaman : 
Teknik penanaman dengan perlakuan stek  rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1 ml/liter pada media yang diberi  mulsa ternyata berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan vegetatif  kunyit, sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric  acid) sebanyak 200 mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata  terhadap pembentukan rimpang kunyit.
Masa Tanam : 
Masa tanam kunyit yaitu pada awal musim  hujan sama seperti tanaman rimpang-rimpangan lainnya. Hal ini  dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk  pertumbuhannya. Walaupun rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda  yaitu 7 – 8 bulan, tetapi pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal  musim hujan. 
D. Pemeliharaan 
Penyulaman : 
Apabila ada rimpang kunyit yang tidak  tumbuh atau pertumbuhannya buruk, maka dilakukan penanaman susulan  (penyulaman) rimpang lain yang masih segar dan sehat. 
Penyiangan : 
Penyiangan dan pembubunan perlu dilakukan  untuk menghilangkan rumput liar (gulma) yang mengganggu penyerapan air,  unsur hara dan mengganggu perkembangan tanaman. Kegiatan  ini dilakukan 3-5 kali bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan  tanah. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ½ bulan  dan bersamaan dengan ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang  rimpang agar tumbuh besar dan tanah tetap gembur.
Pembubunan : 
Seperti halnya tanaman  rimpang lainnya, pada kunyit pekerjaan pembubunan ini diperlukan untuk  menimbun kembali daerah perakaran dengan tanah yang melorot terbawa air.  Pembubunan bermanfaat untuk memberikan kondisi media sekitar perakaran  yang lebih baik, sehingga rimpang akan tumbuh subur dan bercabang  banyak. Pembubunan biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan, untuk memperbarui saluran drainase pemisah petak; tanah dinaikkan ke petak-petak tanam dan biasanya dilakukan secara rutin setiap 3 – 4 bulan sekali. 
E. Pemupukan : 
Pemupukan Organik : 
Penggunaan pupuk kandang  dapat meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun, dan luas area daun kunyit  secara nyata. Kombinasi pupuk kandang sebanyak 45 ton/ha dengan  populasi kunyit 160.000/ha menghasilkan produksi sebanyak 29,93 ton/ha. 
Pemupukan Konvensional : 
Selain pupuk dasar (pada  awal penanaman), tanaman kunyit perlu diberi pupuk susulan kedua (pada  saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk  organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan  pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10  gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. 
Dengan pemberian pupuk ini  diperoleh peningkatan hasil sebanyak 38% atau 7,5 ton rimpang segar/ha.  Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50  kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N  dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis)  diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan  dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk  alur dan ditanam di sela-sela tanaman.
Sebagai alternatif, dapat pupuk urea, SP-36  dan KCl dengan takaran masing-masing 100 kg, 200 kg dan 200 kg/ha.  Pupuk SP-36 dan KCl diberikan sekaligus pada saat tanam dan urea  diberikan dua kali pada umur 1 dan 3 bulan setelah tanaman tumbuh. 
Pengairan dan Penyiraman : 
Tanaman kunyit termasuk  tanaman tidak tahan air. Oleh sebab itu drainase dan pengaturan  pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas dari  genangan air sehingga rimpang tidak.membusuk. Perbaikan drainase baik  untuk melancarkan dan mengatur aliran air serta sebagai penyimpan air di  saat musim kemarau.
Waktu Penyemprotan Pestisida : 
Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.
Pemulsaan : 
Sedapat mungkin pemulsaan  dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah,  kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah  tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi  permukaan tanah di antara lubang tanaman.
F. Hama dan Penyakit
Hama, Ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera)
Gejala : pada pangkal akar dimana tunas daun menjadi layu dan lama kelamaan tunas menjadi kering lalu membusuk. Pengendalian: tanaman disemprot/ditaburkan insektisida furadan G-3.
Penyakit
1. Busuk bakteri rimpang
Penyebab :  oleh kurang baik sistem pengairan (drainase) atau disebabkan oleh  rimpang yang terluka akibat alat-alat pertanian, sehingga luka rimpang  kemasukan cendawan.
Gejala: kulit akar tanaman menjadi keriput dan mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan membusuk dan keropos.
Pengendalian: mencegah terjadi genangan air pada lahan, mencegah terlukanya rimpang; penyemprotan fungisida dithane M-45. 
2. Karat daun kunyit
Penyebab : Taphrina macullans Bult dan Colletothrium capisici atau oleh kutu daun yang disebut Panchaetothrips.
Gejala:  timbulnya warna coklat (karat) pada helaian daun; bila penyakit ini  menyerang tanaman dewasa/daun yang tua maka tidak akan.mempengaruhi  produksinya sebaliknya jika menyerang tanaman/daun muda, menyebabkan  tanaman tersebut menjadi mati.
Pengendalian: Dilakukan dengan mengurangi kelembaban; Penyemprotan  insektisida, seperti dengan agrotion 2 cc/liter atau dengan fungisida  dithane M-45 secara teratur selama seminggu sekali
Gulma :  Gulma potensial pada pertanaman kunyit ini adalah gulma kebun yang umum  yaitu alang-alang, rumput teki, rumput lulangan, ageratum, dan gulma  berdaun lebar lainnya.
Pengendalian hama/penyakit secara organik : 
Dalam pertanian organik  yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan  bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu  sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit  tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang  komponennya adalah sbb: 
-          Mengusahakan  pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat  bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari  sejak awal pertanaman
-          Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami 
-          Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
-          Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
-          Menggunakan  teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan  pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada  setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan  penyakit potensial.
-          Penggunaan  pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak  menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma  maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam  keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari  hasil pengamatan. 
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
-          Tembakau (Nicotiana tabacum ), yang  mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun  perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
-          Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium),  yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida  sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan  semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu,  hama gudang, dan lalat buah.
-          Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis), yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
-          Neem tree atau mimba (Azadirachta indica),  yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi  racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga  pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan  ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan  Tungro. 
-          Bengkuang (Pachyrrhizus erosus), yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
-          Jeringau (Acorus calamus),  yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan  untuk racun serangga danpembasmi cendawan, serta hama gudang  Callosobrocus.
G. Panen
- Ciri dan Umur Panen : Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, saat panen yang terbaik adalah pada umur tanaman 11-12 bulan, yaitu pada saat gugurnya daun kedua. Saat itu produksi yang diperoleh lebih besar dan lebih banyak bila dibandingkan dengan masa panen pada umur kunyit 7-8 bulan. Ciri-ciri tanaman kunyit yang siap panen ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif, seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang semula hijau berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati).
 - Cara Panen : Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan cangkul/garpu. Sebelum dibongkar, batang dan daun dibuang terlebih dahulu. Selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkan dari tanah yang melekat lalu dimasukkan dalam karung agar tidak rusak.
 - Periode Panen : Panen kunyit dilakukan dimusim kemarau karena pada saat itu sari/zat yang terkandung didalamnya mengumpul. Selain itu kandungan air dalam rimpang sudah sedikit sehingga memudahkan proses pengeringannya.
 - Perkiraan Hasil Panen : Berat basah rimpang bersih/rumpun yang diperoleh dari hasil panen mencapai 0,71 kg. Produksi rimpang segar/ha biasanya antara 20-30 ton.
 
- Penyortiran Basah dan Pencucian :  Sortasi pada bahan segar      dilakukan untuk memisahkan rimpang dari  kotoran berupa tanah, sisa      tanaman, dan gulma. Setelah selesai,  timbang jumlah bahan hasil      penyortiran dan tempatkan dalam wadah  plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air       bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati  air      bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan  sekali atau      dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar
kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit.
Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
 - Perajangan :  Jika perlu proses perajangan,      lakukan dengan pisau stainless steel  dan alasi bahan yang akan dirajang      dengan talenan. Perajangan  rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan      kira-kira 5 mm – 7 mm.  Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh      dalam wadah  plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual      atau dengan mesin pemotong.
 - Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan  dengan 2 cara, yaitu      dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven.  pengeringan rimpang      dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar  airnya dibawah 8%.      pengeringan dengan sinar matahari dilakukan  diatas tikar atau rangka      pengering, pastikan rimpang tidak saling  menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik      kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. 
Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 o C - 60 o C. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan
 - Penyortiran Kering : Selanjutnya lakukan  sortasi kering pada      bahan yang telah dikeringkan dengan cara  memisahkan bahan-bahan dari      benda-benda asing seperti kerikil,  tanah atau kotoran-kotoran lain.      Timbang jumlah rimpang hasil  penyortiran ini
(untuk menghitung rendemennya).
 - Pengemasan : Setelah bersih, rimpang yang  kering dikumpulkan      dalam wadah kantong plastik atau karung yang  bersih dan kedap udara (belum      pernah dipakai sebelumnya). Berikan  label yang jelas pada wadah tersebut,      yang.menjelaskan nama bahan,  bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode      produksi, nama/alamat  penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya. 
 - Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30 o C dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
 
Dewasa ini rata-rata kebutuhan bahan baku kunyit untuk industri kosmetik/jamu tradisional yang ada di Indonesia antara 1,5-6 ton/bulan. Tingkat kebutuhan pasar dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan persentase peningkatan 10-25% per tahunnya.
Kebutuhan akan lebih tinggi pada saat menjelang hari-hari besar/hari raya. Permintaan kebutuhan industri di atas, sebagian besar berasal dari pasokan para petani. Melihat dari kebutuhan rata-.rata industri jamu dan kosmetik yang ada di dalam negeri, suplai dan permintaan terhadap kunyit tidak seimbang, apalagi memenuhi permintaan pasar luar negeri.
Sementara kebutuhan kunyit dunia hingga saat ini mencapai ratusan ribu ton/tahun. Sebagian kecil dari jumlah tersebut dipenuhi oleh negara India, Haiti, Srilanka, Cina, dan negara-negara lainnya. Indonesia kini sudah selayaknya membudidayakan tanaman ini, terutama dengan sistem monokultur/tumpang sari sehingga produksi yang dicapai lebih cepat dan tinggi, agar kebutuhan minimal dalam negeri terpenuhi secara optimal.
Walaupun di daerah Jawa Tengah kini sudah diupayakan sistem penanaman tersebut, juga diperhitungkan dari sudut produktivitas dan jalur tata niaganya, namun luas lahan tanam yang ada belum maksimal untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri, yang mencapai ratusan ribu ton/ha-nya. Indonesia sebenarnya mulai mengekspor kunyit.
Negara tujuan ekspor antara lain Asia (Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Jepang), Amerika, dan Eropa (Jerman Barat dan Belanda). Pada tahun 1987, nilai ekspor tanaman kunyit Indonesia menyumbangkan devisa yang besar bagi negara. Namun pada tahun berikutnya jumlah ekspor tersebut mulai mengalami penurunan dan sempat terhenti pada tahun 1989.
Negara India, Cina, Haiti, Srilanka, dan Jamaika kini mulai membudidayakan tanaman kunyit secara besar-besaran dan mereka sudah dapat mengestimasikan produksinya hingga +20 ton/ha. Dari segi jalur tata niaga, kunyit tergolong efisien, karena dari petani langsung disalurkan ke pedagang pengumpul, lalu ke pabrik/pedagang besar. Maka harga yang diterima petani mencapai 70% dari harga tingkat pabrik, dimana 30% merupakan marjin tata niaga yang terdiri atas 12% marjin biaya dan 18% merupakan marjin keuntungan.
Berdasarkan kondisi ini, tata niaga kunyit sebenarnya bisa ditingkatkan lagi, karena marjin terbesar berada pada keuntungan pedagang. Peluang agribisnis kunyit di Indonesia dapat dikembangkan. Kenyataan ini dilandaskan pada tingkat produktivitas, jalur tata niaga, dan kebutuhan kunyit dari berbagai industri yang membutuhkannya.
Klasifikasi dan Standar Mutu : Standard mutu temulawak untuk pasaran luar negeri perlu dicantumkan dan diperhatikan hal-hal sebagai berikut ini: 
-          Warna : kuning-jingga sampai coklat kuning-jingga
-          Aroma : khas wangi aromatis
-          Rasa : mirip rempah dan agak pahit.
-          Kadar air maksimum : 12 %
-          Kadar abu : 3-7 %
-          Kadar pasir (kotoran) : 1 %
-          Kadar minyak atsiri (minimal) : 5 %
Pengambilan Contoh : Dari jumlah  kemasan dalam satu partai temulawak siap ekspor, diambil sejumlah  kemasan secara acak seperti dibawah ini, dengan maksimum berat tiap  partai 20 ton. 
-          Untuk jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5.
-          Untuk jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil 7
-          Untuk jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil 9
-          Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil 10
-          Untuk jumlah kemasan dalam partai di atas 1000, contoh yang diambil minimum 15
-          Kemasan  yang telah diambil, dituangkan isinya, kemudian diambil secara acak  sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan sebagai contoh. 
-          Khusus untuk kemasan temulawak berat 20 kg atau kurang, maka contoh yang diambil sebanyak 5 rimpang. 
-          Contoh yang telah diambil kemudian diuji untuk ditentukan mutunya. 
-          Petugas  pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah  berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan  suatu badan hukum.
Pengemasan : Kunyit disajikan dalam  bentuk rimpang utuh, dikemas dengan jala plastik yang kuat, dengan berat  maksimum 15 kg tiap kemasan, atau dikemas dengan keranjang bambu dengan  berat sesuai kesepakatan anatara penjual dan pembeli. Dibagian luar  dari tiap kemasan ditulis, dengan bahan yang tidak luntur, jelas terbaca  antara lain: 
-          Produk asal Indonesia
-          Nama/kode perusahaan/eksportir
-          Nama barang
-          Negara tujuan
-          Berat kotor
-          Berat bersih
-          Nama pembeli



No comments:
Post a Comment