
Depresi  adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi  depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial  sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi.  Beberapa gejala Gangguan Depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang  berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan  semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Depresi merupakan  salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri. 
Depresi  kerap disamakan dengan kesedihan yang biasa terjadi dalam kehidupan  sehari-hari, tidak dianggap penyakit, apalagi gangguan jiwa. Bahkan, di  lingkungan budaya tertentu, depresi dianggap sebagai kelemahan  kepribadian atau karakter. Kuatnya pengaruh budaya dan kepercayaan  mendorong masyarakat mencari pertolongan atas depresi yang diderita  lewat paranormal atau pengobatan tradisional. Karena ketidaktahuan  masyarakat itulah, muncul sejumlah mitos dan konsepsi keliru mengenai  depresi. Beberapa mitos menyebut: depresi dapat di atasi sendiri,  depresi dianggap lemah pikiran dan mental, atau pasien depresi dianggap  melakukan suatu dosa. 
Penyebab suatu kondisi depresi meliputi:
- Faktor organobiologis karena      ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama serotonin
 - Faktor psikologis karena tekanan beban      psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial
 - Faktor  sosio-lingkungan misalnya karena      kehilangan pasangan hidup,  kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak      situasi kehidupan  sehari-hari lainnya.
 
Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang  menderita gangguan depresi jika ditemukan adanya lima atau lebih,  gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan  perubahan dari keadaan biasa seseorang; sekurangnya salah satu gejala  harus (1) emosi depresi atau (2) kehilangan minat atau kemampuan  menikmati sesuatu.
- Keadaan  emosi depresi/tertekan sebagian besar      waktu dalam satu hari,  hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan      subjektif (misal:  rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain      (misal: terlihat  seperti ingin menangis).
 - Kehilangan  minat atau rasa nikmat terhadap      semua, atau hampir semua kegiatan  sebagian besar waktu dalam satu hari,      hampir setiap hari (ditandai  oleh laporan subjektif atau pengamatan orang      lain)
 - Hilangnya  berat badan yang signifikan saat      tidak melakukan diet atau  bertambahnya berat badan secara signifikan (misal:      perubahan berat  badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu      bulan)
 - Insomnia atau hipersomnia      hampir setiap hari
 - Kegelisahan atau  kelambatan      psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang  lain, bukan hanya      perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa  lambat)
 - Perasaan lelah atau      kehilangan kekuatan hampir setiap hari
 - Perasaan tidak  berharga atau      perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar  (bisa merupakan delusi)      hampir setiap hari.
 - Berkurangnya  kemampuan untuk      berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat  keputusan, hampir setiap      hari (ditandai oleh laporan subjektif atau  pengamatan orang lain)
 - Berulang-kali  muncul pikiran      akan kematian (bukan hanya takut mati),  berulang-kali muncul pikiran untuk      bunuh diri tanpa rencana yang  jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana      yang spesifik untuk  mengakhiri nyawa sendiri.
 
Gejala-gejala  tersebut juga harus menyebabkan gangguan jiwa yang cukup besar dan  signifikan sehingga menyebabkan gangguan nyata dalam kehidupan sosial,  pekerjaan atau area penting dalam kehidupan seseorang.
Cara  menanggulangi depresi berbeda-beda sesuai dengan keadaan pasien, namun  biasanya merupakan gabungan dari farmakoterapi dan psikoterapi atau  konseling. Dukungan dari orang-orang terdekat serta dukungan spiritual  juga sangat membantu dalam penyembuhan
Akibat Depresi
Depresi  siapapun penderitanya dapat memengaruhi suasana hati, kondisi fisik,  dan pikiran. Perasaan itu bisa sedemikian kuat sehingga kehidupan  sehari-hari terganggu. Depresi juga bisa membuat penderitanya merasa  bersalah dan merasa tidak berguna meski telah melakukan apa saja yang  menurut penderita terbaik. 
Gara-gara  depresi, seseorang mungkin menjadi tidak berminat terhadap hal-hal yang  sebelumnya disukai. Karena depresi pula, energi akan banyak terkuras,  sehingga tubuh merasa cepat letih dan lelah, dan yang paling parah,  depresi juga bisa menggiring seseorang melakukan usaha bunuh diri. 
Semua  gejala depresi itu muncul akibat ketidakseimbangan neurotransmitter  (zat penghantar dalam sistem syaraf) seperti serotonin,  (neurotransmitter yang mengatur perasaan), norepinefrin  (neurotransmitter yang mengatur energi interest), dan dopamine  (neotransmitter yang mengatur minat) di berbagai bagian otak kita. 
Depresi tidak mengenal batas usia, jenis kelamin, kedudukan, suku, maupun ras. Sementara  faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab depresi adalah genetik  (keturunan), biologis, kepribadian, dan psikosial. Sebuah studi  menunjukkan, anak kandung dari orangtua yang menderita depresi berisiko  lebih tinggi mengalami depresi walaupun diasuh oleh orangtua angkat yang  tidak depresi. 
Depresi  merupakan gangguan mental yang paling banyak menimbulkan beban  distabilitas. Depresi dapat meningkatkan morbiditas (kesakitan),  mortalitas (kematian), risiko bunuh diri, serta berdampak pada penurunan  kualitas hidup pasien dan seluruh keluarga. Sayangnya, sampai saat ini  depresi masih belum dapat dipahami secara baik oleh masyarakat. 
Padahal,  berbagai penelitian menunjukkan, pasien dengan gangguan depresi  merasakan adanya keluhan fisik dan gangguan mental. Mengutip hasil studi  mengenai hubungan depresi dan gejala somatik yang dilakukan Simon GE  pada 1999, dikatakan, sebanyak 69 persen pasien dengan gangguan depresi  mengemukakan keluhan fisik. Keluhan fisik dan gangguan mental bisa  datang pada saat bersamaan. Keadaan ini akan memperburuk prognosis.  ''Mereka yang mengalami penyakit fisik berisiko mengalami gangguan  mental 3,5 kali lebih besar daripada mereka yang sehat,'' 
Makin  berat penyakit fisik makin besar pula kemungkinan untuk mengalami  gangguan mental. Penyakit fisik yang paling sering menjadi pencetus  gangguan mental adalah penyakit neurologik, jantung, paru-paru kronis,  kanker, cacat fisik, dan arthritis (radang sendi). Sedangkan gangguan  mental yang paling sering terjadi adalah kecemasan dan depresi. 
Terapi 
Terapi  Penderita depresi perlu melakukan terapi secara tepat. Hal ini untuk  menghindari konsekuensi bila tidak mencapai kesembuhan. Konsekuensi yang  dimaksud yaitu: kendala psikososial berkepanjangan, memperburuk  prognosis, menambah beban pelayanan medis, meningkatnya risiko bunuh  diri dan penyalahgunaan zat, serta meningkatnya risiko kekambuhan. 
Adapun  tujuan terapi depresi adalah meningkatkan kualitas hidup, mengurangi  atau menghilangkan gejala, mengembalikan peran dan fungsi, mengurangi  risiko kekambuhan, serta mengurangi risiko kecacatan atau kematian.  Namun, ada faktor yang memengaruhi hasil terapi, yakni pasien,  masyarakat, dokter, dan obat. Pada pasien biasanya berupa ketidakpatuhan  karena berbagai sebab, tidak peduli. Pengaruh pada masyarakat atau  lingkungan yang mempengaruhi hasi terapi antara lain, mitos,  kepercayaan, dan stigma. Dokter juga bisa memberi pengaruh yang tidak  baik pada hasil terapi, misalnya jika dokter kurang mengenali gejala  depresi. 
Sedangkan  pada obat, biasanya menyangkut efektivitas, efek samping, kemudahan,  dan harga. Khusus mengenai obat, penderita depresi sebaiknya menggunakan  obat antidepresan serotonin nor epinefrin reuptake inhibitor (SNRI). Mengapa SNRI? Sebab, obat ini mampu bekerja ganda yakni menghambat reuptake serotonin dan nor epinephrine, dan mempertahankan keseimbangannya dalam otak, sehingga mencegah kekambuhan dan berulangnya depresi. Obat  ini juga bekerja dengan cepat. Dengan dosis sekali sehari, efeknya  telah dapat dirasakan oleh pasien setelah empat hari penggunaan. 
”Jangan Berdiam Diri Banyak hal bisa membuat seseorang merasa cemas, stres, dan akhirnya jatuh ke jurang depresi”. 
Jika  suatu kali Anda pun merasakan gejala-gejala depresi, jangan berdiam  diri. Segeralah bertindak untuk menolong diri Anda sendiri. Bagaimana  caranya? Langkah-langkah berikut mudah-mudahan bisa membantu Anda. 
- Bersikaplah realistis, jangan terlalu      idealis. 
 - Kalau  Anda punya tugas atau pekerjaan      yang menggunung, bagilah  tugas-tugas itu dan buat prioritas. Lakukan tugas      yang memang bisa  Anda kerjakan. 
 - Jika  punya masalah, jangan pendam      sendiri. Cobalah ''curhat'' pada  orang yang Anda percayai. Biasanya, hal      ini akan membuat perasaan  lebih nyaman dan ringan. 
 - Cobalah  ambil bagian dalam      kegiatan-kegiatan yang bisa membuat hati Anda  senang, semisal berolahraga,      nonton film, atau ikut dalam aktivitas  sosial.
 - Berusahalah untuk selalu berpikir      positif. 
 - Jangan ragu dan malu untuk meminta bantuan pada keluarga atau teman-teman..
 
*sumber :http://smart-pustaka.blogspot.com/search/label/Psikiatri*    


No comments:
Post a Comment