
Kuil Shaolin adalah salah satu biara agama Budha yang paling terkenal saat ini, yang dibangun 1500 tahun yang lalu.  Kuil ini mempunyai sejarah yang sangat panjang. Namanya harum tidak  hanya sebagai tempat peribadatan, akan tetapi juga dikenal melalui  kemampuan para rahibnya dalam olah kanuragan kung-fu tingkat tinggi.
Kuil Shaolin terletak di Gunung Songshan, daerah kota Dengfeng, di propinsi Henan, China.  Kuil ini terkenal sebagai “kuil Nomor Satu di Bawah langit”, tempat  lahirnya Buddhisme Zen China dan seni beladiri Shaolin, seperti Gada  Shaolin. Kompleks kuil Shaolin terdiri dari 11 bangunan tradisional,  termasuk Kuil Shaolin itu sendiri, ruang Observatorium, Akademi Songyang, Menara Taishi dan Kuil Zhongyue. Sejak tahun 2010, kuil Shaolin oleh UNESCO dimasukkan  kedalam daftar Warisan Dunia.
Setiap  pengunjung dapat melihat dan merasakan kesejukan dan keindahan  bunga-bunga dan pohon pinus yang tumbuh di pegunungan, di sekitar kuil.  Ditambah lagi dengan kicauan burung dan suara gemercik air sungai,  menambah suasana damai dan ketenangan dalam hati para wisatawan.
Walaupun para biksu jago kungfu ini berdiam di kuil kuno itu, namun kehidupan mereka sehari-hari, saat ini, tidaklah ketinggalan jaman. Disamping melakukan latihan  kungfu dan bermeditasi, mereka juga main internet, mengendarai mobil dan lain-lainnya.
Dalam kuil Shaolin terdapat tempat-tempat menarik seperti Aula Raja-raja Surgawi (Tianwangdian), Aula Mahavira (Daxiongbaodian), Hutan Pagoda, Gua Dharma, dan Pusat Latihan Seni Bela Diri Kuil Shaolin.
Pertama yang terlihat adalah Hall Shanmen. Terdapat lembaran kotak (tablet) bertuliskan Shaolin Temple, tergantung di atas. Tablet tersebut ditulis oleh Kaisar Kangxi (1622 - 1723), selama masa Dinasti Qing (1644-1911). Di bawah tangga aula terdapat dua singa batu yang membungkuk, dibuat pada masa Dinasti Ming (1368-1644). Juga terdapat Aula, yang menegaskan tentang Buddha Maitreya.  Dua sisi koridor di belakang gerbang aula, diaspal dengan tulisan di  batu steles, yang dibuat pada masa dinasti-dinasti yang berbeda. 
Aula Raja-raja Surgawi 
Gerbang Aula Raja-raja Surgawi  dijaga oleh dua tokoh yang menggambarkan Vajra (prajurit pembantu  Buddha). Di dalam aula terdapat patung dari Empat Raja-raja Surgawi yang  bertanggung jawab untuk mengamati perilaku masyarakat ', membantu yang  bermasalah, dan memberkati orang-orang.
Hall Mahavira. 
Hall Mahavira merupakan suatu hall dimana perayaan-perayaan penting dan doa-doa rutin diadakan di sini. 18 Arhats Buddha  berdiri di sepanjang sisi timur dan selatan, dinding-dinding lorong.  Buddha dari Tengah, Timur dan Barat diabadikan dalam lorong ini,  masing-masing Buddha Sakyamuni, Buddha Tabib dan Buddha Amitabha. Patung-patung dari Kingnaro (pendiri Gada Shaolin) dan Dharma (pendiri Buddhisme Zen Cina),  berdiri di samping ketiga Buddha, dimana penempatannya sangat berbeda  dari Halls Mahavira lainnya. Di kaki pilar di Hall Mahavira terdapat  singa batu singa yang tingginya lebih dari satu meter (sekitar 3,33  kaki). Sedangkan di dasarnya terdapat sekitar 50 lubang kecil, dengan  kedalaman 20 sentimeter (sekitar 7,87 inci). Dikatakan bahwa itu adalah  jejak-jejak yang ditinggalkan oleh para biarawan ketika mereka berlatih  seni bela diri Shaolin. 
Hutan Pagoda
Hutan Pagoda, adalah  sebuah kuburan untuk pejabat Buddhis selama berabad-abad. Rata-rata,  tinggi pagoda tersebut kurang dari 15 meter (sekitar 49 kaki). Lapisan  dan bentuk pagoda tergantung pada banyak faktor, seperti seseorang yang  mencapai status Buddha dan prestise selama masa hidupnya. Hutan Pagoda  di Kuil Shaolin adalah kompleks pagoda Cina yang terbesar. 
Di luar candi, ke arah barat laut, terdapat dua biara, dinamakan Biara Leluhur dan Biara Leluhur Kedua.  Biara pertama dibangun oleh seorang murid Dharma, untuk memperingati  sembilan tahun meditasi Dharma, di sebuah gua. Biara ini memiliki aula  besar yang ditopang oleh 16 pilar batu pada poros-porosnya yang indah,  dan diukir dengan motif pejuang, tarian naga dan Phoenix. 
Biara  kedua adalah sebuah panti jompo dari leluhur Huike kedua, yang memotong  lengan kirinya untuk menunjukkan kesungguhannya untuk belajar agama  Buddha dari Dharma. Di depan biara terdapat empat mata air yang  diciptakan oleh Dharma untuk membantu Huike, agar dapat mengambil air  dengan mudah. Ke empat mata air tersebut dinamakan 'Spring Zhuoxi' dan masing-masing memiliki rasa yang berbeda. 
Gua Dharma
Dalam  gua ini, Dharma dengan sabar menghadap ke dinding dan bermeditasi  selama 9 tahun. Akhirnya, ia mencapai keabadian dan menjadi Buddha Zen.  Gua ini memiliki kedalaman tujuh meter (sekitar 23 kaki) dan tinggi tiga  meter (sekitar 9,8 kaki). Banyak batu prasasti yang diukir di kedua  sisinya. Juga terdapat Batu Meditasi di dalam gua. Batu tersebut  dianggap sebagai bayangan Dharma, yang tercermin pada batu dan tertanam  di atasnya, karena lamanya meditasinya. Sayangnya batu itu rusak selama  perang. 
Tempat tinggal para Biksu
Tempat  tinggal para Biksu terletak di tepi selatan Sungai Shaoxi berbalikkan  dengan kuil Shaolin. Pertama, dibangun tahun 1512, pada masa Dinasti  Ming, kemudian direnovasi pada masa Dinasti Qing. Tempat tinggal  tersebut didesain secara sederhana dan khas. Sayangnya, bangunan  tersebut runtuh pada tahun 1958 dan kemudian direnovasi lagi pada tahun  1993. Pusat Pelatihan Wushu Shaolin Temple
Tempat  ini memberikan pemandangan sempurna dan menjadi tempat yang ideal untuk  berlatih Kung Fu Shaolin Cina. Biarawan Shaolin telah berlatih Kung Fu  selama lebih dari 1.500 tahun. Sistem ini diciptakan oleh Dharma yang  mengajarkan metode dasar bagi para biarawan untuk meningkatkan kesehatan  mereka dan membela diri. Seni beladiri ini menunjukkan Kung Fu Shaolin  China yang sebenarnya. Sebagai contoh, Tong Zi Gong, yang diperuntukkan  bagi para remaja, adalah jenis seni bela diri untuk melatih  fleksibilitas dan kekuatan seseorang. 
Peristiwa Dibakarnya Kuil Shao Lin
 
Pada masa Cina dikuasai oleh bangsa Manchuria (Dinasti Ching), saat Kaisar Yung Cheng1 berkuasa (1723-1736), Kuil Shao Lin ini pernah dibakar. Peristiwa tersebut terjadi sekitar 300 tahun yang lalu. Saat itu, kuil ini sedang dikepung oleh tentara pemerintah Manchuria.
Pemerintah Manchuria saat itu, takut akan perkembangan kung fu di Kuil Shao Lin, yang semakin lama semakin kuat, dan juga karena kuil ini dianggap sebagai pusat gerakan pemberontakan melawan pemerintah Manchuria.
Pada masa Cina dikuasai oleh bangsa Manchuria (Dinasti Ching), saat Kaisar Yung Cheng1 berkuasa (1723-1736), Kuil Shao Lin ini pernah dibakar. Peristiwa tersebut terjadi sekitar 300 tahun yang lalu. Saat itu, kuil ini sedang dikepung oleh tentara pemerintah Manchuria.
Pemerintah Manchuria saat itu, takut akan perkembangan kung fu di Kuil Shao Lin, yang semakin lama semakin kuat, dan juga karena kuil ini dianggap sebagai pusat gerakan pemberontakan melawan pemerintah Manchuria.
Pemerintah kemudian mengirim pasukan yang dipimpin oleh Chan Man Yiu, Wong Chun May, dan Cheung King Chow,  untuk menyerang kuil ini. Serangan demi serangan selalu mengalami  kegagalan. Chan Man Yiu, kemudian berusaha menjalin kerja sama dengan  para pengkhianat dari Kuil Shao Lin, salah satunya adalah Pendeta Ma Ning Yee, dan membakar Kuil Shao Lin secara diam-diam. 
Banyak  penghuni Shao Lin, pendeta, murid calon pendeta, maupun murid-murid  yang bukan calon pendeta mati terbakar. Meski demikian tidak semuanya  mati.  Beberapa diantaranya berhasil lolos dari peristiwa ini. Mereka yang berhasil lolos antara lain adalah Pendeta Wanita Ng Mui, Pendeta Chi Sin, Pendeta Pak Mei, Master Fung To Tak, dan Master Miu Hin, dan juga beberapa orang murid, yang paling terkenal di antaranya adalah Hung Hay Kwun (Hung Si Kuan), Fong Sai Yuk (Fang Se Yu)4, Luk Ah Choy, dan lain-lainnya. Kelima pendeta/master ini adalah lima guru yang mewakili lima gaya kung fu Shao Lin.
Pendeta Chi Sin yang mempunyai murid paling banyak memimpin pelawanan terhadap pemerintahan Manchuria. Pendeta ini bersama dengan beberapa orang murid kesayangannya, yaitu Hung Hay Kwun, Tung Chin Kun, dan Tse Ah Fook, sejak saat itu menjadi buronan pihak pemerintah. Agar tidak tertangkap, Pendeta Chi Sin memerintahkan murid-muridnya untuk menyamar, sedangkan ia sendiri menyamar menjadi juru masak di Perahu Merah/The Red Junk.
Pendeta Chi Sin yang mempunyai murid paling banyak memimpin pelawanan terhadap pemerintahan Manchuria. Pendeta ini bersama dengan beberapa orang murid kesayangannya, yaitu Hung Hay Kwun, Tung Chin Kun, dan Tse Ah Fook, sejak saat itu menjadi buronan pihak pemerintah. Agar tidak tertangkap, Pendeta Chi Sin memerintahkan murid-muridnya untuk menyamar, sedangkan ia sendiri menyamar menjadi juru masak di Perahu Merah/The Red Junk.
Sementara itu Master Miu Hin, anaknya perempuannya, Miu Tsui Fa, dan cucunya, Fong Sai Yuk, bersembunyi untuk sementara waktu di kalangan suku minoritas Miao dan Yao, yang berlokasi di antara propinsi Sze Chuan dan Yunnan.  Mereka kemudian berkeliling dan melakukan banyak hal, sehingga  melahirkan legenda-legenda fantastis, di antaranya adalah "Fong Sai Yuk  menantang sang juara bertahan turnamen kung fu".
Pendeta Wanita Ng Mui adalah satu-satunya master wanita dari Shao Lin dan yang tertua dari kelima master tersebut. Ia lebih toleran terhadap pemerintah Manchuria daripada keempat saudara seperguruannya ini. Walaupun demikian kadang-kadang ia juga menggunakan kung fu-nya untuk menegakkan keadilan. Ng Mui pergi berkeliling Cina, perjalanannya ini melahirkan legenda "Ng Mui membunuh Lee Pa Shan di hamparan bunga plum". Ia lalu mengundurkan diri dan bersumpah untuk tidak terlibat lagi dalam peristiwa-peristiwa kekerasan.
Pendeta Wanita Ng Mui adalah satu-satunya master wanita dari Shao Lin dan yang tertua dari kelima master tersebut. Ia lebih toleran terhadap pemerintah Manchuria daripada keempat saudara seperguruannya ini. Walaupun demikian kadang-kadang ia juga menggunakan kung fu-nya untuk menegakkan keadilan. Ng Mui pergi berkeliling Cina, perjalanannya ini melahirkan legenda "Ng Mui membunuh Lee Pa Shan di hamparan bunga plum". Ia lalu mengundurkan diri dan bersumpah untuk tidak terlibat lagi dalam peristiwa-peristiwa kekerasan.
Ia kemudian menetap di Kuil Bangau Putih yang terletak di gunung Tai Leung (juga disebut gunung Chai Ha), di antara propinsi Yunnan dan Sze Chuan. Ia berkonsentrasi mendalami Zen Buddhisme, sebuah sekte Buddha yang dikembangkan oleh Bodhidharma, dan juga ilmu kung fu sebagai hobbi yang amat disukainya. 
Ng  Mui, seperti juga yang lainnya, tidak pernah melupakan pengalaman pahit  peristiwa kebakaran dan pengkhianatan di Kuil Shao Lin. Ia juga  khawatir akan pengejaran yang dilakukan oleh para pengkhianat dan  pasukan pemerintah Manchuria. 
Ia  sadar akan kesulitan yang akan dialaminya jika suatu saat bertemu  dengan para pengkhianat yang juga telah menguasai ilmu bela diri Shao  Lin tersebut. Ia sadar bahwa pengetahuan teoritis bela dirinya sejajar  dengan mereka, dan suatu saat kemampuan fisiknya akan kalah dengan para  pengkhianat yang jauh lebih muda darinya. Untuk mengatasi hal ini, cara  satu-satunya adalah dengan menciptakan sebuah teknik bertarung baru yang  mampu mengatasi teknik-teknik bertarung Shao Lin. Pertanyaannya adalah  apa teknik baru itu dan bagaimana menciptakannya?
Lahirnya Teknik Bertarung Baru
Suatu saat Ng Mui menyaksikan pertarungan antara seekor rubah dan seekor bangau liar besar. Rubah itu berjalan mengitari bangau mencari kesempatan untuk menyerang, sementara bangau diam di tengah dan berputar-putar untuk menghadapi rubah. Setiap kali rubah menyerang dengan cakarnya, bangau menghalau dengan sayapnya dan pada saat yang sama, balik menyerang dengan paruhnya. Rubah tersebut memanfaatkan kelincahannya untuk menghindar dan menyerang secara tiba-tiba dengan cakarnya. Perkelahian ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama hingga Ng Mui mendapatkan inspirasi untuk mengembangkan teknik pertarungan baru. Siapa di antara bangau dan rubah yang menjadi pemenang tidaklah penting. Ng Mui berkonsentrasi untuk menyesuaikan gerakan cakar rubah dan sayap bangau menjadi gerakan manusia. Ia berhasil menciptakan satu set gerakan tempur yang tetap mempertahankan gerakan rubah dan bangau, tetapi sesuai dengan gerakan manusia.
Gerakan kung fu Shao Lin yang menitik beratkan pada suatu pola tetap, terlalu rumit untuk Ng Mui. Pada teknik barunya ini ia menitikberatkan pada kesederhanaan gerak dan keanekaragaman kegunaan. Hal ini cukup menyimpang dari teknik-teknik Shao Lin. Dengan kata lain, dari sepuluh set atau lebih gerakan Shao Lin, satu dan lainnya hanya berbeda sedikit, hanya akan memberikan latihan stereotip bagi para anak didik.
Lahirnya Teknik Bertarung Baru
Suatu saat Ng Mui menyaksikan pertarungan antara seekor rubah dan seekor bangau liar besar. Rubah itu berjalan mengitari bangau mencari kesempatan untuk menyerang, sementara bangau diam di tengah dan berputar-putar untuk menghadapi rubah. Setiap kali rubah menyerang dengan cakarnya, bangau menghalau dengan sayapnya dan pada saat yang sama, balik menyerang dengan paruhnya. Rubah tersebut memanfaatkan kelincahannya untuk menghindar dan menyerang secara tiba-tiba dengan cakarnya. Perkelahian ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama hingga Ng Mui mendapatkan inspirasi untuk mengembangkan teknik pertarungan baru. Siapa di antara bangau dan rubah yang menjadi pemenang tidaklah penting. Ng Mui berkonsentrasi untuk menyesuaikan gerakan cakar rubah dan sayap bangau menjadi gerakan manusia. Ia berhasil menciptakan satu set gerakan tempur yang tetap mempertahankan gerakan rubah dan bangau, tetapi sesuai dengan gerakan manusia.
Gerakan kung fu Shao Lin yang menitik beratkan pada suatu pola tetap, terlalu rumit untuk Ng Mui. Pada teknik barunya ini ia menitikberatkan pada kesederhanaan gerak dan keanekaragaman kegunaan. Hal ini cukup menyimpang dari teknik-teknik Shao Lin. Dengan kata lain, dari sepuluh set atau lebih gerakan Shao Lin, satu dan lainnya hanya berbeda sedikit, hanya akan memberikan latihan stereotip bagi para anak didik.
Sistem  baru ciptan Ng Mui ini terdiri dari beberapa gerakan sederhana yang  digabungkan, dan setelah mengalami beberapa perbaikan dan penyempurnaan,  dibagi menjadi tiga jurus dan satu set gerakan berlatih menggunakan  "orang-orangan kayu". Terlebih lagi dalam gaya Shao Lin, banyak gerakan  yang memiliki pose menarik dan nama yang indah, seperti "Tarian Naga dan Pheonix", "Tongkat Master Tao", dan "Singa Keluar Dari Gua", tetapi dalam pertempuran yang sesungguhnya tidak dapat diprektekkan. 
Kebalikannya,  pada teknik baru ini, setiap gerakan adalah gerakan tempur yang  sesungguhnya dan sangat praktis. Sudah tidak ada lagi gerakan-gerakan  dan pose-pose indah yang hanya berguna untuk menarik perhatian.  Gerakan-gerakan ini memiliki nama-nama yang sesuai dengan kegunaan dan  bentuk gerakannya, seperti "Telapak Tangan Menghadap Ke Atas", sebuah nama yang sangat jelas menunjukkan gerak tangan yang diwakilinya.
Perbedaan lainnya adalah bahwa pada teknik Shao Lin terlalu banyak menekankan latihan fisik. Seorang murid harus berlatih kuda-kuda yang kuat selama dua atau tiga tahun sebelum ia dapat melanjutkan pelajaran. Pada teknik barunya, Ng Mui lebih menekankan penggunaan metode dalam mengalahkan musuh daripada dengan menggunakan kekuatan. Memang pada metode ini perlu juga melatih kekuatan, tetapi dalam pertempuran yang sesungguhnya, yang terpenting adalah menerapkan metode yang tepat untuk masing-masing keadaan, dan juga untuk masing-masing lawan, guna secepat mungkin mengalahkannya. Untuk keperluan ini, para pengikut Ng Mui, dibekali dengan beragam teknik gerakan tangan, kuda-kuda, dan gerak langkah yang fleksibel.
Perbedaan lainnya adalah bahwa pada teknik Shao Lin terlalu banyak menekankan latihan fisik. Seorang murid harus berlatih kuda-kuda yang kuat selama dua atau tiga tahun sebelum ia dapat melanjutkan pelajaran. Pada teknik barunya, Ng Mui lebih menekankan penggunaan metode dalam mengalahkan musuh daripada dengan menggunakan kekuatan. Memang pada metode ini perlu juga melatih kekuatan, tetapi dalam pertempuran yang sesungguhnya, yang terpenting adalah menerapkan metode yang tepat untuk masing-masing keadaan, dan juga untuk masing-masing lawan, guna secepat mungkin mengalahkannya. Untuk keperluan ini, para pengikut Ng Mui, dibekali dengan beragam teknik gerakan tangan, kuda-kuda, dan gerak langkah yang fleksibel.
Dengan  kata lain, dalam pertempuran yang sesungguhnya, gaya Shao Lin akan  menggunakan gerakan tangan dan kuda-kuda lebar, sementara teknik baru  ini akan menggunakan langkah kaki yang mengejar dan teknik bertempur  jarak dekat. Dalam gaya Shaolin, kuda-kuda yang paling sering digunakan  adalah "kaki depan sebagai busur dan kaki belakang sebagai anak panah"  atau disebut juga kuda-kuda depan, sementara dalam teknik baru  ini menggunakan kuda-kuda "kaki depan sebagai anak panah dan kaki  belakang sebagai busur" atau disebut juga kuda-kuda belakang.  Kuda-kuda belakang ini memungkinkan diterapkannya teknik "tendangan  menghujam ke depan" yang cepat untuk menyerang tempurung lutut  orang-orang yang menggunakan kuda-kuda depan, dan dapat mundur dengan  cepat, jika kaki depannya sendiri diserang.Teknik baru ini akhirnya  membuktikan ketidakefektifan gaya-gaya lebar Shao Lin.
Galeri Gambar


















*sumber :http://smart-pustaka.blogspot.com/search/label/Seni%20Budaya*  



No comments:
Post a Comment