Trimester                    Pertama:
Metode                    Penyedotan (Suction Curettage) 
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi.
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi.
Metode D&C - Dilatasi dan Kerokan
Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti pendarahan rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing.
                        ![]()  |                                               Keterangan                          gambar: Alat kuret dimasukkan ke dalam rahim untuk mulai mengerok janin, ari-ari, dan air ketuban dari rahim.  |                    
PIL RU 486
Masyarakat menamakannya "Pil Aborsi Perancis". Teknik ini menggunakan 2 hormon sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di Amerika Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi yang mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi (seperti perokok berat, penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll) yang malah dapat mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil RU 486.
Kerja RU 486 adalah                    untuk memblokir hormon progesteron yang berfungsi vital untuk                    menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena pemblokiran                    ini, maka janin tidak mendapatkan makanannya lagi dan menjadi                    kelaparan. Pada kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam setelah kunjungan                    pertama, wanita hamil ini diberikan suntikan hormon prostaglandin,                    biasanya misoprostol, yang mengakibatkan terjadinya kontraksi                    rahim dan membuat janin terlepas dari rahim. Kebanyakan wanita                    mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4 jam saat menunggu di klinik,                    tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di rumah, di tempat                    kerja, di kendaraan umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada                    juga yang perlu menunggu hingga 5 hari kemudian. Kunjungan ketiga                    dilakukan kira-kira 2 minggu setelah pengguguran kandungan,                    untuk mengetahui apakah aborsi telah berlangsung. Jika belum,                    maka operasi perlu dilakukan (5-10 persen dari seluruh kasus).                    Ada beberapa kasus serius dari penggunaan RU 486, seperti aborsi                    yang tidak terjadi hingga 44 hari kemudian, pendarahan hebat,                    pusing-pusing, muntah-muntah, rasa sakit hingga kematian. Sedikitnya                    seorang wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa lainnya                    mengalami serangan jantung.
Di Amerika Serikat,                    percobaan penggunaan RU 486 diadakan pada tahun 1995. Seorang                    wanita diketahui hampir meninggal setelah kehilangan separuh                    dari volume darahnya dan akhirnya memerlukan operasi darurat.                    Efek jangka panjang dari RU 486 belum diketahui secara pasti,                    tetapi beberapa alasan yang dapat dipercaya mengatakan bahwa                    RU 486 tidak saja mempengaruhi kehamilan yang sedang berlangsung,                    tetapi juga dapat mempengaruhi kehamilan selanjutnya, yaitu                    kemungkinan keguguran spontan dan cacat pada bayi yang dikandung.
Suntikan Methotrexate (MTX)
Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini disuntikkan ke dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk menekan pertumbuhan pesat sel-sel, seperti pada kasus kanker, dengan menetralisir asam folat yang berguna untuk pemecahan sel. MTX ternyata juga menekan pertumbuhan pesat trophoblastoid - selaput yang menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal bakal plasenta. Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai 'sistim penyanggah hidup' untuk janin yang sedang berkembang, mengambil oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta membuang karbondioksida dan produk-produk buangan lainnya, tetapi juga memproduksi hormon hCG (human chorionic gonadotropin), yang memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus memproduksi hormon progesteron yang berguna untuk mencegah gagal rahim dan keguguran.
MTX menghancurkan                    integrasi dari lingkungan yang menopang, melindungi dan menyuburkan                    pertumbuhan janin, dan karena kekurangan nutrisi, maka janin                    menjadi mati. 3-7 hari kemudian, tablet misoprostol dimasukkan                    ke dalam kelamin wanita hamil itu untuk memicu terlepasnya janin                    dari rahim. Terkadang, hal ini terjadi beberapa jam setelah                    masuknya misoprostol, tetapi sering juga terjadi perlunya penambahan                    dosis misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi dengan menggunakan                    suntikan MTX dapat berlangsung berminggu-minggu. Si wanita hamil                    itu akan mendapatkan pendarahan selama berminggu-minggu (42                    hari dalam sebuah studi kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat.                    Sedangkan janin dapat gugur kapan saja - di rumah, di dalam                    bis umum, di tempat kerja, di supermarket, dsb. Wanita yang                    kedapatan masih mengandung pada kunjungan ke klinik aborsi selanjutnya,                    mau tak mau harus menjalani operasi untuk mengeluarkan janin                    itu. Bahkan dokter-dokter yang bekerja di klinik aborsi seringkali                    enggan untuk memberikan suntikan MTX karena MTX sebenarnya adalah                    racun dan efek samping yang terjadi terkadang tak dapat diprediksi.                    
Efek samping yang                    tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala, rasa sakit,                    diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius                    adalah depresi sumsum tulang belakang, kekuragan darah, kerusakan                    fungsi hati, dan sakit paru-paru. Dalam bungkus MTX, pabrik                    pembuat menuliskan peringatan keras bahwa MTX memang berguna                    untuk pengobatan kanker, beberapa kasus artritis dan psoriasis,                    "kematian pernah dilaporkan pada orang yang menggunakan                    MTX", dan pabrik itu menyarankan agar hanya para dokter                    yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang terapi antimetabolik                    saja yang boleh menggunakan MTX. Meski para dokter aborsi yang                    menggunakan MTX menepis efek-efek samping MTX dan mengatakan                    MTX dosis rendah baik untuk digunakan dalam proses aborsi, dokter-dokter                    aborsi lainnya tidak setuju, karena pada paket injeksi yang                    digunakan untuk aborsi juga tertera peringatan bahaya racun                    walau MTX digunakan dalam dosis rendah.( Sumber : http://www.aborsi.org/artikel14.htm )

No comments:
Post a Comment