Tipe | Pesawat tempur |
Produsen | General Dynamics Lockheed Martin |
Terbang perdana | 2 Februari 1974 |
Diperkenalkan | 17 Agustus 1978 |
Status | Aktif |
Pengguna | Amerika Serikat 24 negara lainnya |
Jumlah produksi | Lebih dari 4.000 |
Harga satuan | US$18,8 juta (1998) |
Varian | General Dynamics F-16XL Mitsubishi F-2 |
F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multi-peran yang dikembangkan oleh General Dynamics, di Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, tetapi akhirnya berevolusi menjadi pesawat tempur multi-peran yang sangat populer. F-16 bisa dipakai untuk segala macam misi, inilah yang membuatnya sangat sukses di pasar ekspor, dan dipakai oleh 24 negara selain Amerika Serikat.
Pesawat ini sangat populer di mata international dan telah digunakan oleh 25 angkatan udara. F-16 merupakan proyek pesawat tempur Barat yang paling besar dan signifikan, dengan sekitar 4000 F-16 sudah di produksi sejak 1976. Pesawat ini sudah tidak diproduksi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, tapi masih diproduksi untuk ekspor.
F-16 dikenal memiliki kemampuan tempur di udara yang sangat baik, dengan inovasi seperti tutup kokpit tanpa bingkai yang memperjelas penglihatan, gagang pengendali samping untuk memudahkan kontrol pada kecepatan tinggi, dan kursi kokpit yang dirancang untuk mengurangi efek g-force pada pilot. Pesawat ini juga merupakan pesawat tempur pertama yang dibuat untuk menahan belokan pada percepatan 9g.
Pada tahun 1993, General Dynamics menjual bisnis produksi pesawat mereka kepada Lockheed Corporation, yang kemudian menjadi bagian dari Lockheed Martin setelah merger dengan Martin Marietta pada tahun 1995.
Sejarah
Sekitar tahun 1960-an, Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat menyimpulkan bahwa masa depan pertempuran udara akan ditentukan oleh peluru kendali yang semakin modern. Dan bahwa pesawat tempur masa depan akan digunakan untuk pengejaran jarak jauh, berkecepatan tinggi, dan menggunakan sistem radar yang sangat kuat, untuk mendeteksi musuh dari kejauhan.
Ini membuat desain pesawat tempur masa itu, lebih seperti interseptor daripada pesawat tempur klasik. Pada saat itu, Amerika Serikat menganggap pesawat F-111 (yang pada saat itu masih dalam tahap pengembangan) dan F-4 Phantom akan cukup untuk kebutuhan pesawat tempur jarak jauh dan menengah, dan didukung oleh pesawat jarak dekat bermesin tunggal seperti F-100 Super Sabre, F-104 Starfighter, dan F-8 Crusader.
Pada Perang Vietnam, Amerika Serikat menyadari bahwa masih banyak kelemahan pada pesawat-pesawat mereka. Peluru kendali udara ke udara pada masa itu masih memiliki banyak masalah, dan pemakaiannya juga dibatasi oleh aturan-aturan tertentu. Selain itu, pertempuran di udara lebih banyak berbentuk pertempuran jarak dekat dimana kelincahan di udara dan senjata jarak dekat sangat diperlukan.
Kolonel John Boyd mengembangkan teori tentang perawatan energi pada pertempuran pesawat tempur, yang bergantung pada sayap yang besar untuk bisa melakukan manuver udara yang baik. Sayap yang lebih besar akan menghasilkan gesekan yang lebih besar saat terbang, dan biasanya menghasilkan jarak jangkau yang lebih sedikit dan kecepatan maksimum yang lebih kecil. Boyd menganggap pengorbanan jarak dan kecepatan perlu untuk menghasilkan pesawat yang bisa bermanuver dengan baik.
Pada saat yang sama, pengembangan F-111 menemui banyak masalah, yang mengakibatkan pengembangan pesawat F-111 dibatalkan, dan munculnya desain baru, yaitu F-14 Tomcat. Dorongan Boyd tentang pentingnya pesawat yang lincah, gagalnya program F-111, dan munculnya informasi tentang MiG-25 yang saat itu, kemampuan telah dibesar-besarkan, membuat Angkatan Udara Amerika Serikat, memulai merancang pesawat mereka sendiri, yang akhirnya menghasilkan F-15 Eagle.
Pada saat pengembangannya, F-15 berevolusi menjadi pesawat yang besar dan berat, seperti F-111. Ini membuat Boyd frustrasi dan ia pun meyakinkan beberapa petinggi Angkatan Udara lain bahwa F-15 membutuhkan dukungan dari pesawat tempur yang lebih ringan. Grup petinggi Angkatan Udara ini menyebut diri mereka "fighter mafia", dan mereka bersikeras bahwa program Pesawat Tempur Ringan (Light Weight Fighter, LWF), sangat dbutuhkan.
YF-16 atas; YF-17 bawah |
Pada Mei 1971, Kongres Amerika Serikat mengeluarkan laporan yang mengkritik tajam program F-14 dan F-15. Kongres mengiyakan pendanaan untuk program LWF sebesar US$50 juta, dengan tambahan $12 juta pada tahun berikutnya. Beberapa perusahaan memberikan proposal, tetapi hanya General Dynamics dan Northrop, yang sebelumnya sudah memulai perancangan, dipilih untuk memproduksi prototip.
Pesawat mereka mulai diuji pada tahun 1974. Program LWF awalnya merupakan program evaluasi tanpa direncanakan pembelian versi produksinya, tetapi akhirnya program ini dirubah namanya menjadi Air Combat Fighter, dan Angkatan Udara AS mengumumkan rencana untuk membeli 650 produk ACF. Pada tanggal 13 Januari 1975 diumumkan bahwa YF-16 General Dynamics mengalahkan saingannya, YF-17.
Varian
Varian F-16 ditandai oleh nomer blok yang menandakan pembaruan yang signifikan. Blok ini mencakup versi kursi tunggal dan kursi ganda.
F-16 A/B
F-16 A/B awalnya dilengkapi Westinghouse AN/APG-66 Pulse-doppler radar, Pratt & Whitney F100-PW-200 turbofan, dengan 14.670 lbf (64.9 kN), 23.830 lbf (106,0 kN) dengan afterburner. Angkatan Udara AS membeli 674 F-16A dan 121 F-16B, pengiriman selesai pada Maret 1985.
Blok 1
Blok awal (Blok 1/5/10) memiliki relatif sedikit perbedaan. Sebagian besar diperbarui menjadi Blok 10 pada awal 1980-an. Ada 94 Blok 1, 197 Blok 5, dan 312 Blok 10 yang diproduksi. Blok 1 model awal produksi dengan hidung dicat hitam.
Blok 5
Diketahui kemudian bahwa hidung hitam menjadi identifikasi visual jarak jauh untuk pesawat Blok 1, sehingga warnanya diubah menjadi abu-abu untuk Blok 5 ini. Pada F-16 Blok 1, ditemukan bahwa air hujan dapat berkumpul pada beberapa titik di badan pesawat, sehingga untuk Blok 5 dibuat lubang saluran air.
Blok 10
Pada akhir 1970-an, Uni Soviet secara signifikan mengurangi ekspor titanium, sehingga produsen F-16 mulai menggunakan alumunium. Metode baru pun dilakukan: aluminum disekrup ke permukaan pesawat Blok 10, menggantikan cara pengeleman pada pesawat sebelumnya.
Blok 15
Perubahan besar pertama F-16, pesawat Blok 15 ditambahkan stabiliser horizontal yang lebih besar, ditambah dua hardpoint di bagian dagu, radar AN/APG-66 yang lebih baru, dan menambah kapasitas hardpoint bawah sayap. F-16 diberikan radio UHF Have Quick II. Blok 15 adalah varian F-16 yang paling banyak diproduksi, yaitu 983 buah. Produksi terakhir dikirim pada tahun 1996 ke Thailand. Indonesia memiliki varian ini sebanyak 12 unit.
Blok 15 OCU
Mulai tahun 1987 pesawat Blok dikirim ke dengan memenuhi standar Operational Capability Upgrade (OCU), yang mencakup mesin F100-PW-220 turbofans dengan kontrol digital, kemamampuan menembakkan AGM-65, AMRAAM, dan AGM-119 Penguin, serta pembaruan pada kokpit, komputer, dan jalur data. Berat maksimum lepas landasnya bertambah menjadi 17.000 kg. 214 pesawat menerima pembaruan ini, ditambah dengan beberapa pesawat Blok 10.
Blok 20
150 Blok 15 OCU untuk Taiwan dengan tambahan kemampuan yang serupa dengan F-16 C/D Blok 50/52: menembakkan AGM-45 Shrike, AGM-84 Harpoon, AGM-88 HARM, dan bisa membawa LANTIRN. Komputer pada Blok 20 diperbarui secara signifikan, dengan kecepatan proses 740 kali lipat, dan memori 180 kali lipat dari Blok 15 OCU.
Spesifikasi (F-16C Blok 30)
Karakteristik umum
- Kru: 1
- Panjang: 49 ft 5 in (14.8 m)
- Lebar sayap: 32 ft 8 in (9.8 m)
- Tinggi: 16 ft (4.8 m)
- Area sayap: 300 ft² (27.87 m²)
- Airfoil: NACA 64A204 root and tip
- Berat kosong: 18,238 lb (8,272 kg)
- Berat terisi: 26,463 lb (12,003 kg)
- Berat maksimum lepas landas: 42,300 lb (16,875 kg)
- Mesin: 1× Pratt & Whitney F100-PW-220 afterburning turbofan
- Dorongan kering: 14,590 lbf (64.9 kN)
- Dorongan dengan afterburner: 23,770 lbf (105.7 kN)
- Alternate powerplant: 1× General Electric F110-GE-100 afterburning turbofan
- Dry thrust: 17,155 lbf (76.3 kN)
- Thrust with afterburner: 28,985 lbf (128.9 kN)
Performa
- Kecepatan maksimum: >Mach 2 (1,320 mph, 2,124 km/h) at altitude
- Radius tempur: 340 mi (295 nm, 550 km) on a hi-lo-hi mission with six 1,000 lb (450 kg) bombs
- Jarak jangkau ferri: >3,200 mi (2,800 nm, 4,800 km)
- Batas tertinggi servis: >55,000 ft (15,000 m)
- Laju panjat: 50,000 ft/min (260 m/s)
- Beban sayap: 88.2 lb/ft² (431 kg/m²)
- Dorongan/berat: F100 0.898; F110 1.095
Persenjataan
- Senjata api: 1× 20 mm (0.787 in) M61 Vulcan gatling gun, 511 rounds
- Roket: 2¾ in (70 mm) CRV7
- Rudal:
- Air-to-air missiles:
- 6× AIM-9 Sidewinder or
- 6× AIM-120 AMRAAM or
- 6× Python-4
- Air-to-ground missiles:
- 6× AGM-65 Maverick or
- 4× AGM-88 HARM
- Anti-ship missiles: 4× AGM-119 Penguin
- Bom:
- 2× CBU-87 cluster
- 2× CBU-89 gator mine
- 2× CBU-97
- 4× GBU-10 Paveway
- 6× GBU-12 Paveway II
- 6× Paveway-series laser-guided bombs
- 4× JDAM
- 4× Mk 80 series
- B61 nuclear bomb
Lainya:http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3727256024946376869
- SUU-42A/A Flares/Infrared decoys dispenser pod and chaff pod or
- AN/ALQ-131 & AN/ALQ-184 ECM pods or
- LANTIRN, Lockheed Martin Sniper XR & LITENING targeting pods or
- up to 3× 300/330/370 US gallon Sargent Fletcher drop tanks for ferry flight/extended range/loitering time.
Avionik
- AN/APG-68 radar
No comments:
Post a Comment