Sunday, April 22, 2012
Pil Kontrasepsi Bikin Kulit Lebih Halus?
Tujuan pemakaian alat kontrasepsi adalah mencegah terjadinya kehamilan. Namun, ternyata, selain fungsi pencegahan kehamilan, alat kontrasepsi juga bisa membuat kulit wajah menjadi halus. Kenapa dan alat kontrasepsi yang mana?
Menurut Prof. Dr. dr. Biran Affandi, Sp.OG dari FKUI, alat kontrasepsi, seperti pil KB, umumnya memang dikonsumsi untuk merencanakan sebuah keluarga. Namun, alat kontrasepsi ada banyak macam. Salah satunya, kontrasepsi hormonal yang bisa digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Sementara, jerawat pun timbul karena adanya ketidakseimbangan hormon tadi. Jadi, selain yang berkaitan dengan kehamilan, fungsi alat kontrasepsi juga untuk membuat hormon seimbang.
Pengertian alat kontrasepsi sebenarnya adalah usaha mencegah terjadinya kehamilan. "Sifatnya bisa sementara atau permanen. Beda dengan keluarga berencana (KB) yang artinya lebih luas, yaitu mengatur atau menjarangkan kehamilan untuk merencanakan sebuah keluarga," jelas Biran.
Ada dua jenis kontrasepsi, yakni non-hormonal dan hormonal. Kontrasepsi non-hormonal ada tiga macam. Yang pertama, kontrasepsi teknik. Misalnya dengan menyusui. "Menyusui 24 jam (full breast-feeding) selama enam bulan pertama usia bayi akan berpengaruh pada pencegahan ovulasi," jelas Biran. Ditambah lagi, wanita menyusui juga belum mendapat haid.
Yang kedua, kontrasepsi mekanik, yakni dengan spiral (IUD) dan kondom. IUD merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim. "Tapi spiral ada efeknya, yakni menimbulkan rasa nyeri di perut, infeksi panggul, perdarahan di luar masa menstruasi. Atau darah menstruasi yang keluar lebih banyak dari biasanya."
Sementara kondom berfungsi sebagai pemblokir sperma masuk ke vagina. "Tapi, ini pun bisa gagal. Biasanya karena kondom tidak dipasang sejak permulaan senggama. Kondom juga mudah robek jika tergores kuku atau benda tajam lain. Pemasangan kondom pun butuh waktu, selain bisa mengurangi sensasi seksual," papar Biran.
Yang ketiga adalah metode sterilisasi, yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi) atau testis pada pria (vasektomi). "Metode ini efektif bagi yang ingin mencegah kehamilan secara permanen, bukan sementara."
EFEKTIF DAN FLEKSIBEL
Kontrasepsi hormonal memiliki fungsi utama untuk mencegah kehamilan, tapi juga bisa digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh. "Kontrasepsi ini mempengaruhi kadar estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi, sehingga akan mencegah kehamilan," jelas Biran.
Namun, kontrasepsi hormonal tidak boleh diberikan pada wanita yang sedang hamil, punya kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor pada rahim. Yang termasuk kontrasepsi hormonal adalah pil kombinasi, suntik, susuk, juga koyo KB.
"KB suntik memang praktis dan murah, tapi punya kelemahan, bisa mengganggu siklus haid," ungkap Biran. Begitu pula susuk yang ditanam di bawah kulit lengan. Praktis, tapi efeknya membuat nyeri lengan dan seringkali bermasalah saat proses pencabutan. Koyo KB ditempelkan di kulit setiap minggu. Sayang, bagi yang berkulit sensitif, koyo ini sering menimbulkan alergi.
Hingga saat ini, yang paling dianggap efektif adalah pil kombinasi atau biasa disebut oral contraception (OC). OC merupakan kombinasi estrogen dan progesteron berdosis rendah.
Kelebihan OC adalah bisa bekerja dengan berbagai cara sekaligus, antara lain mencegah terjadinya ovulasi, mengentalkan lendir leher rahim sehingga sperma tidak bisa masuk ke rahim, serta membuat dinding rongga rahim tidak siap untuk menerima dan menghidupi hasil pembuahan. Syaratnya, harus disiplin. Dengan disiplin, perlindungan terhadap terjadinya kehamilan bisa mencapai 100 persen.
Selain itu, cara ini juga fleksibel, bisa dihentikan kapan saja. Jika ingin hamil, bisa langsung berhenti minum pil. "Biasanya, 3 bulan setelah berhenti minum pil, wanita akan langsung hamil," tukas Biran. Penggunaan pil ini juga relatif praktis dibandingkan suntik yang masih memungkinkan terjadinya syok.
Keuntungan lain, OC bisa mengurangi risiko kehamilan di luar kandungan, karena tidak terjadi ovulasi. "OC juga bisa mengurangi risiko terjadinya kista ovarium, penyakit radang panggul, dan mengurangi gejala pre-menstruasi berat seperti kejang perut dan nyeri."
Radang panggul terjadi akibat infeksi. Nah, OC dapat mengurangi masuknya kuman penyebab infeksi. Masih ada lagi manfaat OC, yakni mengurangi risiko munculnya benjolan jinak payudara, juga infertilitas primer. "OC akan mengurangi risiko kemandulan."
OC juga dapat melindungi wanita terhadap osteoporosis, serta perlindungan terhadap kanker ovarium dan endometrium, sehingga akan meningkatkan kualitas hidup manusia.
TUMBUH RAMBUT
OC ternyata juga memberi manfaat tak langsung, misalnya membuat siklus haid kembali normal dan menghilangkan nyeri ovulasi. Selain itu juga mengurangi rasa tegang pada payudara ketika sedang haid. Bahkan, beberapa pil kombinasi juga mengurangi jerawat.
Hal ini juga dibenarkan oleh dr. Tjut Nurul Alam Jacoeb, Sp.KK dari FKUI. Menurutnya, dalam tubuh wanita terdapat hormon estrogen, progesteron, dan androgen. Hormon androgen ada pada laki-laki dan perempuan. "Tapi jumlah dan jenisnya berbeda. Pada perempuan, jika mengalami ketidakseimbangan hormon, androgennya akan meningkat," jelas Nurul.
Perkembangan saat ini membuat OC berbeda dengan pil KB (pil kombinasi) yang dulu ada. Saat ini, OC mengandung anti-androgen, yang sebelumnya tidak ada di pil-pil KB. "Itulah sebabnya, OC mampu menghaluskan kulit karena menekan minyak yang diproduksi hormon androgen."
Pada perempuan, hormon androgen memicu pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, membentuk estrogen, mencegah osteoporosis, memicu nafsu seksual, dan menimbulkan perasaan nyaman. Kelebihan hormon androgen pada perempuan dapat menyebabkan kulit berminyak, timbul jerawat, hingga tumbuh rambut berlebih di tempat yang tidak biasa (hirsutisme). "Hormon ini juga dapat menipiskan rambut di kepala, klitoris membesar, suara berubah, dan kulit kasar."
Yang mengkhawatirkan, jika kelebihan hormon ini sampai mengganggu siklus haid, obesitas, dan peningkatan risiko penyakit jantung. "Gangguan terhadap siklus haid ini bisa sampai terhentinya haid, juga infertilitas," kata Nurul. Hormon androgen ini juga mempengaruhi kerja akar rambut dan kelenjar sebum (penghasil lemak yang mengganggu kulit sehingga menjadi jerawat).
Selain itu, kelenjar sebum akan menstimulasi akar rambut sehingga terjadi hirsutisme. Jerawat terjadi ketika muara kelenjar sebum tersumbat. Ini mengakibatkan cairan sebum tidak dapat lolos, sehingga terjadi pembendungan dan peradangan. "Tapi tidak menutup kemungkinan, jerawat ditimbulkan oleh kosmetik dan debu," ujar Nurul.
Untuk kondisi hirsutisme, jumlah rambut pada janggut, dada, punggung bagian atas, perut, bagian dalam paha, atas mulut, akan meningkat. "Ini bisa ditangani dengan mencabut, mencukur, atau waxing yang dioleskan di kulit sampai kering lalu dikelupas. Tapi cara ini tidak sampai ke akar rambut. Bisa juga dengan pemberian anti androgen." Di sinilah fungsi pil kombinasi, yang di dalamnya terdapat anti androgen. "Anti androgen ini akan mengatasi berbagai masalah kulit sehingga kulit menjadi bersih."
Untuk menangani jerawat, Nurul menganjurkan membersihkan kulit dengan hati-hati. Bisa juga dilakukan pemberian obat anti-bakteri (benzoilperoksida), antibiotik, dan pelepasan komedo.
PALING EFEKTIF
Keberadaan OC di Indonesia memang masih memicu kontroversi. Di kebanyakan negara Eropa, OC dijual bebas tanpa resep dokter. Sementara di Indonesia, masih harus dengan resep dokter. "Namun, OC dianggap sebagai metode kontrasepsi paling efektif dengan efek samping minimal," tandas Biran. Sebenarnya, dengan status dapat dijual bebas, OC akan mampu menurunkan angka aborsi dan biaya yang dikeluarkan masyarakat. Selain itu, OC juga membantu pemerintah dalam mengendalikan angka kelahiran dan memelihara sumber daya manusia.
Namun, penggunaan OC juga memungkinkan peningkatan kasus wanita dengan masalah ginekologis, seperti penyakit infeksi reproduksi, karena pasien malas periksa ke dokter. "Apalagi jika terjadi penyalahgunaan OC, seperti seks bebas, yang bisa meningkatkan kasus penyebaran penyakit seksual," ujar Biran.
Ada juga faktor penyebab kegagalan penggunaan OC. Jika salah memulai mengonsumsi, maka efeknya pun tidak maksimal. Dalam setiap kemasan, ada urutan hari dan panah untuk menunjukkan urutan konsumsi. Ditambah lagi, jika lupa memulai dengan kemasan baru pada waktu yang ditentukan setelah 7 hari bebas pil, juga tidak maksimal.
"Pernah juga ada yang putus di tengah jalan karena efek samping pil yang menimbulkan rasa mual dan pusing. Apalagi jika ada yang termakan mitos bahwa tubuh harus istirahat dari OC selama 1 - 2 bulan setiap periode tertentu," urai Biran. Jadi, sebaiknya pendidikan ditingkatkan baik melalui media, atau pelajaran di sekolah. Bisa juga dengan peningkatkan jumlah klinik KB.
*sumber :http://default.tabloidnova.com/article.php?name=/pil-kontrasepsi-bikin-kulit-lebih-halus&channel=kecantikan%2Fkulit*
Labels:
Kecantikan,
Kesehatan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment