Tujuan
pemakaian alat kontrasepsi adalah mencegah terjadinya kehamilan. Namun,
ternyata, selain fungsi pencegahan kehamilan, alat kontrasepsi juga
bisa membuat kulit wajah menjadi halus. Kenapa dan alat kontrasepsi yang
mana?
Menurut Prof. Dr. dr. Biran Affandi, Sp.OG dari
FKUI, alat kontrasepsi, seperti pil KB, umumnya memang dikonsumsi untuk
merencanakan sebuah keluarga. Namun, alat kontrasepsi ada banyak macam.
Salah satunya, kontrasepsi hormonal yang bisa digunakan untuk mengatasi
ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Sementara, jerawat pun timbul
karena adanya ketidakseimbangan hormon tadi. Jadi, selain yang berkaitan
dengan kehamilan, fungsi alat kontrasepsi juga untuk membuat hormon
seimbang.
Pengertian alat kontrasepsi sebenarnya adalah usaha mencegah
terjadinya kehamilan. "Sifatnya bisa sementara atau permanen. Beda
dengan keluarga berencana (KB) yang artinya lebih luas, yaitu mengatur
atau menjarangkan kehamilan untuk merencanakan sebuah keluarga," jelas
Biran.
Ada dua jenis kontrasepsi, yakni non-hormonal dan hormonal.
Kontrasepsi non-hormonal ada tiga macam. Yang pertama, kontrasepsi
teknik. Misalnya dengan menyusui. "Menyusui 24 jam (full breast-feeding)
selama enam bulan pertama usia bayi akan berpengaruh pada pencegahan
ovulasi," jelas Biran. Ditambah lagi, wanita menyusui juga belum
mendapat haid.
Yang kedua, kontrasepsi mekanik, yakni dengan spiral (IUD) dan
kondom. IUD merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim. "Tapi
spiral ada efeknya, yakni menimbulkan rasa nyeri di perut, infeksi
panggul, perdarahan di luar masa menstruasi. Atau darah menstruasi yang
keluar lebih banyak dari biasanya."
Sementara kondom berfungsi sebagai pemblokir sperma masuk ke vagina.
"Tapi, ini pun bisa gagal. Biasanya karena kondom tidak dipasang sejak
permulaan senggama. Kondom juga mudah robek jika tergores kuku atau
benda tajam lain. Pemasangan kondom pun butuh waktu, selain bisa
mengurangi sensasi seksual," papar Biran.
Yang ketiga adalah metode sterilisasi, yaitu pencegahan kehamilan
dengan mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi) atau testis
pada pria (vasektomi). "Metode ini efektif bagi yang ingin mencegah
kehamilan secara permanen, bukan sementara."
EFEKTIF DAN FLEKSIBEL
Kontrasepsi hormonal memiliki fungsi utama untuk mencegah kehamilan,
tapi juga bisa digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron dalam tubuh. "Kontrasepsi ini mempengaruhi
kadar estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi, sehingga
akan mencegah kehamilan," jelas Biran.
Namun, kontrasepsi hormonal tidak boleh diberikan pada wanita yang
sedang hamil, punya kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati
atau tumor pada rahim. Yang termasuk kontrasepsi hormonal adalah pil
kombinasi, suntik, susuk, juga koyo KB.
"KB suntik memang praktis dan murah, tapi punya kelemahan, bisa
mengganggu siklus haid," ungkap Biran. Begitu pula susuk yang ditanam di
bawah kulit lengan. Praktis, tapi efeknya membuat nyeri lengan dan
seringkali bermasalah saat proses pencabutan. Koyo KB ditempelkan di
kulit setiap minggu. Sayang, bagi yang berkulit sensitif, koyo ini
sering menimbulkan alergi.
Hingga saat ini, yang paling dianggap efektif adalah pil kombinasi
atau biasa disebut oral contraception (OC). OC merupakan kombinasi
estrogen dan progesteron berdosis rendah.
Kelebihan OC adalah bisa bekerja dengan berbagai cara sekaligus,
antara lain mencegah terjadinya ovulasi, mengentalkan lendir leher rahim
sehingga sperma tidak bisa masuk ke rahim, serta membuat dinding rongga
rahim tidak siap untuk menerima dan menghidupi hasil pembuahan.
Syaratnya, harus disiplin. Dengan disiplin, perlindungan terhadap
terjadinya kehamilan bisa mencapai 100 persen.
Selain itu, cara ini juga fleksibel, bisa dihentikan kapan saja. Jika
ingin hamil, bisa langsung berhenti minum pil. "Biasanya, 3 bulan
setelah berhenti minum pil, wanita akan langsung hamil," tukas Biran.
Penggunaan pil ini juga relatif praktis dibandingkan suntik yang masih
memungkinkan terjadinya syok.
Keuntungan lain, OC bisa mengurangi risiko kehamilan di luar
kandungan, karena tidak terjadi ovulasi. "OC juga bisa mengurangi risiko
terjadinya kista ovarium, penyakit radang panggul, dan mengurangi
gejala pre-menstruasi berat seperti kejang perut dan nyeri."
Radang panggul terjadi akibat infeksi. Nah, OC dapat mengurangi
masuknya kuman penyebab infeksi. Masih ada lagi manfaat OC, yakni
mengurangi risiko munculnya benjolan jinak payudara, juga infertilitas
primer. "OC akan mengurangi risiko kemandulan."
OC juga dapat melindungi wanita terhadap osteoporosis, serta
perlindungan terhadap kanker ovarium dan endometrium, sehingga akan
meningkatkan kualitas hidup manusia.
TUMBUH RAMBUT
OC ternyata juga memberi manfaat tak langsung, misalnya membuat siklus
haid kembali normal dan menghilangkan nyeri ovulasi. Selain itu juga
mengurangi rasa tegang pada payudara ketika sedang haid. Bahkan,
beberapa pil kombinasi juga mengurangi jerawat.
Hal ini juga dibenarkan oleh dr. Tjut Nurul Alam Jacoeb, Sp.KK dari
FKUI. Menurutnya, dalam tubuh wanita terdapat hormon estrogen,
progesteron, dan androgen. Hormon androgen ada pada laki-laki dan
perempuan. "Tapi jumlah dan jenisnya berbeda. Pada perempuan, jika
mengalami ketidakseimbangan hormon, androgennya akan meningkat," jelas
Nurul.
Perkembangan saat ini membuat OC berbeda dengan pil KB (pil
kombinasi) yang dulu ada. Saat ini, OC mengandung anti-androgen, yang
sebelumnya tidak ada di pil-pil KB. "Itulah sebabnya, OC mampu
menghaluskan kulit karena menekan minyak yang diproduksi hormon
androgen."
Pada perempuan, hormon androgen memicu pertumbuhan rambut pada
ketiak, pubis, membentuk estrogen, mencegah osteoporosis, memicu nafsu
seksual, dan menimbulkan perasaan nyaman. Kelebihan hormon androgen pada
perempuan dapat menyebabkan kulit berminyak, timbul jerawat, hingga
tumbuh rambut berlebih di tempat yang tidak biasa (hirsutisme). "Hormon
ini juga dapat menipiskan rambut di kepala, klitoris membesar, suara
berubah, dan kulit kasar."
Yang mengkhawatirkan, jika kelebihan hormon ini sampai mengganggu
siklus haid, obesitas, dan peningkatan risiko penyakit jantung.
"Gangguan terhadap siklus haid ini bisa sampai terhentinya haid, juga
infertilitas," kata Nurul. Hormon androgen ini juga mempengaruhi kerja
akar rambut dan kelenjar sebum (penghasil lemak yang mengganggu kulit
sehingga menjadi jerawat).
Selain itu, kelenjar sebum akan menstimulasi akar rambut sehingga
terjadi hirsutisme. Jerawat terjadi ketika muara kelenjar sebum
tersumbat. Ini mengakibatkan cairan sebum tidak dapat lolos, sehingga
terjadi pembendungan dan peradangan. "Tapi tidak menutup kemungkinan,
jerawat ditimbulkan oleh kosmetik dan debu," ujar Nurul.
Untuk kondisi hirsutisme, jumlah rambut pada janggut, dada, punggung
bagian atas, perut, bagian dalam paha, atas mulut, akan meningkat. "Ini
bisa ditangani dengan mencabut, mencukur, atau waxing yang dioleskan di
kulit sampai kering lalu dikelupas. Tapi cara ini tidak sampai ke akar
rambut. Bisa juga dengan pemberian anti androgen." Di sinilah fungsi pil
kombinasi, yang di dalamnya terdapat anti androgen. "Anti androgen ini
akan mengatasi berbagai masalah kulit sehingga kulit menjadi bersih."
Untuk menangani jerawat, Nurul menganjurkan membersihkan kulit dengan
hati-hati. Bisa juga dilakukan pemberian obat anti-bakteri
(benzoilperoksida), antibiotik, dan pelepasan komedo.
PALING EFEKTIF
Keberadaan OC di Indonesia memang masih memicu kontroversi. Di
kebanyakan negara Eropa, OC dijual bebas tanpa resep dokter. Sementara
di Indonesia, masih harus dengan resep dokter. "Namun, OC dianggap
sebagai metode kontrasepsi paling efektif dengan efek samping minimal,"
tandas Biran. Sebenarnya, dengan status dapat dijual bebas, OC akan
mampu menurunkan angka aborsi dan biaya yang dikeluarkan masyarakat.
Selain itu, OC juga membantu pemerintah dalam mengendalikan angka
kelahiran dan memelihara sumber daya manusia.
Namun, penggunaan OC juga memungkinkan peningkatan kasus wanita
dengan masalah ginekologis, seperti penyakit infeksi reproduksi, karena
pasien malas periksa ke dokter. "Apalagi jika terjadi penyalahgunaan OC,
seperti seks bebas, yang bisa meningkatkan kasus penyebaran penyakit
seksual," ujar Biran.
Ada juga faktor penyebab kegagalan penggunaan OC. Jika salah memulai
mengonsumsi, maka efeknya pun tidak maksimal. Dalam setiap kemasan, ada
urutan hari dan panah untuk menunjukkan urutan konsumsi. Ditambah lagi,
jika lupa memulai dengan kemasan baru pada waktu yang ditentukan setelah
7 hari bebas pil, juga tidak maksimal.
"Pernah juga ada yang putus di tengah jalan karena efek samping pil
yang menimbulkan rasa mual dan pusing. Apalagi jika ada yang termakan
mitos bahwa tubuh harus istirahat dari OC selama 1 - 2 bulan setiap
periode tertentu," urai Biran. Jadi, sebaiknya pendidikan ditingkatkan
baik melalui media, atau pelajaran di sekolah. Bisa juga dengan
peningkatkan jumlah klinik KB.
*sumber :http://default.tabloidnova.com/article.php?name=/pil-kontrasepsi-bikin-kulit-lebih-halus&channel=kecantikan%2Fkulit*