PENTING untuk diketahui mengapa kami sering memberitakan Syahrini dengan gaya “khas” kami. Setiap kali situs ini menulis artikel soal Syahrini, selalu mendapat respon meriah dari pembaca. Hits (jumlah yang membaca) selalu tinggi lengkap dengan respon heboh.
Nyaris tak ada artikel tentang Syharini yang tanpa komentar. Tak seperti artikel ringan soal artis lain, yang bukan hanya hitsnya rendah, tapi juga sepi komentar. Walau rata-rata komentar berisi kritik, sindirian, bahkan cacian, satu hal pasti: artikel tentang Syahrini menarik dan dibaca banyak orang.
Itu sebabnya situs ini, juga situs-situs berita hiburan lain, senang memberitakan Syahrini. Rasanya tiada hari tanpa upload berita Syahrini. Tak hanya situs berita hiburan, acara infotainmen juga getol memberitakan Syahrini dengan nada yang kurang lebih sama.
Kalau ada artis yang sering, bahkan setiap hari diberitakan infotainment, itu pertanda sang artis punya daya tarik tinggi, tidak membuat penonton memencet remote control dan pindah saluran.
Infotainmen punya tolok ukur jelas dan ketat. Pemberitaan seorang artis yang malah membuat rating turun, pasti akan dihindari kecuali ada berita yang sangat menarik.
Ada cerita lucu soal ini, entah benar atau sekadar guyonan. Katanya, satu hari Syahrini meledek seorang wartawan infotainmen yang lama tak mau meliput kegiatannya tapi lalu mewawancarainya lagi.
“Kok sekarang ke sini (wawancara dia) lagi? Kalau memberitakan yang sana (maksudnya?) ratingnya turun ya?” katanya bercanda yang hanya bisa bikin wartawan infotaimen itu bersungut-sungut dalam hati sambil tersenyum kecut.
Mau bagaimana lagi. Faktanya, berita Syahrini di infotainmen bisa menahan penonton memencet remote control; artikel seputar Syahrini di situs berita selalu tinggi hits-nya.
Tapi kenapa pembaca/penonton senang membaca/melihat berita tentang Syahrini kalau pada akhirnya mereka juga melontarkan cacian? Benarkah kita sesungguhnya mencintai Syahrini tapi benci (love to hate)?
Hubungan antar-manusia, kata filsuf siapa gitu, lupa namanya, konon terdiri dari tiga bentuk: cinta, benci dan netral. Anda termasuk cinta, benci, atau netral pada syahrini.
Celakanya, entah kenapa, orang yang sering muncul di ingatan tak hanya orang yang kita cintai tapi juga yang kita benci. Orang yang padanya kita tak merasakan apapun (netral), malah jarang muncul dalam pikiran kita. Jadi, hati-hati membenci orang, salah-salah Anda malah terus memikirkan dia.
Nah, cinta atau benci, Syahrini hidup dalam benak kita, dan karenanya tanpa sadar kita selalu tertarik membaca/melihat dan lalu memberikan komentar, walau dengan sedikit rasa jengkel.
Sebagai selebriti, posisi dicintai untuk dibenci seperti sekarang dialami Syahrini sepertinya bukan sesuatu yang buruk. Dengan posisi itu eksistensinya justru jauh lebih terasa, gaungnya menggema lebih keras dibanding seleb-seleb lain yang tak dibenci tapi juga tidak dicintai.
Kalau saya jadi manajernya, saya akan terus berusaha Syahrini dalam posisi ini. Saking eksisnya Syahrini bahkan menyumbang idiom baru, satu prestasi yang tak bisa dilakukan banyak artis. Idiom “sesuatu” yang diucapkan saat berpapasan dengan Anang di satu panggung musik jadi kata-kata yang banyak dipakai sekarang ini.
“Sesuatu” dari Syahrini ini berarti baik, bagus, atau terserah kita mau mengartikan apa. Kalimat “alhamdulillah yah” yang sering dia ucapkan dengan gaya khasnya juga jadi populer, ditiru banyak orang.
Coba Anda ingat-ingat, ada berapa banyak artis yang “kata-katanya” diikuti dan jadi idiom baru dalam pergaualan? Tidak banyak, bahkan sangat sedikit. Dulu ada Peggy Melati Sukma dengan "pusiiiiing". Eksistensi syharini juga bisa dilacak dari dunia fashion. Busana muslim kaftan sebetulnya sudah populer sejak setahun lalu. Tapi entah kenapa banyak orang yang memahami syahrinilah yang mempopulerkan busana ini. Beberapa pedagang bahkan menyebut kaftan sebagai busana Syahrini.
Ada cara baru dan unik mengukur populartias seorang artis, yakni lewat media social Twitter. Follower Syahrini di akun Twitter-nya, @PrincesSyahrini terbilang banyak (lebih dari 200 ribu), berarti dia seleb dengan penggemar cukup besar. Penggemar Syahrini di dunia maya konon dikenal "militan." Mereka bakal membela habis-habisan bila ada yang menjelekkan Syahrini di dunia maya.
Namun, selain penggemar, pembenci Syahrini pun banyak. Bahkan ada yang secara khusus membuat akun Anti Syahrini. Di dunia maya hanya segelintis artis yang punya kelompok penggemar sekaligus pembenci.
Hal ini sekali lagi membuktikan popularitasnya. Syahrini populer karena dicinta sekaligus dibenci. Karena populer, wajar bila media berulang-ulang memberitakannya. Tanpa Syahrini, media hiburan malah jadi sepi.
Lantas, di manakah posisi situs ini pada Syahrini. Apakah kami tergolong penggemarnya atau pembencinya?
Sebagai media hiburan kami memberi tempat bagi setiap seleb. Semakin populer seleb itu, semakin sering kami beritakan. Begitu pula Syahrini. Kami tak membencinya; pun kami juga bukan penggemar beratnya. Kami harus berterimakasih padanya karena menjadi objek berita yang legit.
Kalau seringkali kami nyinyir pada Syahrini, bukan berarti kami membencinya. Wartawan kami juga manusia yang punya perasaan, dan terkadang perasaan itu keluar lewat tulisan. Syukur-syukur ungkapan nyinyir yang tak tertahankan itu sesuai dengan perasaan bayak pembaca.
Pada kesempatan ini, kami malah ingin mengucap maaf pada Syahrini, maupun penggemarnya, kalau-kalau selama ini berita kami menyudutkannya. Namun, kepadanya pula kami ingin memastikan kalau nada pemberitaan kami tidak akan berubah.
Buat kami, Syahrini itu “sesuatu banget” for better or for worse. (Jika Syahrini membaca tulisan ini saya membayangkan dirinya berkomentar: Alhamdulillah, yah.) ***
*sumber :http://www.tabloidbintang.com/extra/lensa/15872-syahrini-menurut-wartawan-kami-dia-sesuatu-banget.html*
No comments:
Post a Comment